Hal-hal yang bisa disharekan bersama pasangan hendaknya dipilah-pilah. Jangan semua hal dishare bersama. Karena bisa jadi malah akan menjadi masalah di belakang hari saat hubungan sudah tidak harmonis.
Salah satu kerabat saya, sepupu jauh sebut saja namanya Mba Gendis sudah menjalin hubungan cukup lama dengan Mas Abdi. Mereka sudah hampir 5 tahun berpacaran dan sudah sangat saling percaya sehingga apapun dishare berdua. Apalagi setelah mereka memutuskan bertunangan sekitar setahun yang lalu. Wah makin menjadilah program ''berbaginya''.
Akun Facebook mereka yang sebelumnya sendiri-sendiri sudah sama-sama ditutup dan diganti dengan akun facebook bersama. Memang terkesan berlebihan, namun tak cukup sampai disitu, mereka juga memiliki akun tabungan bersama dan menjalankan bisnis sampingan bersama. Mungkin maksudnya baik awalnya, yaitu saling terbuka, tidak ada rahasia masing-masing dan toh tabungannya mereka pikir juga akan digunakan bersama saat menikah atau setelah menikah.
Namun apa mau dikata, jodoh itu memang otoritas Tuhan sepenuhnya. Meskipun hubungan mereka sepertinya sudah tak tergoyahkan oleh apapun eh nyatanya mereka mengalami konflik. Konflik yang semakin bertubi-tubi, terakumulasi dan tak terselesaikan membuat keduanya tak bisa lagi mempertahankan hubungan dan akhirnya putus.
Putus pun ternyata tak semudah itu karena mau tak mau mereka harus diribeti urusan mencari penyelesaian atas akun-akun bersama itu. Apalagi kebanyakan pasangan kalau sudah putus komunikasinya tak lagi hangat dan efektif, jadi makin menyusahkan lah urusan penyelesaian akun itu. Untuk akun facebook bersama tadinya mau dideaktivasi dan keduanya tak lagi mengakses, namun ternyata salah satu pihak merasa kurang percaya karena kedua pihak tau passwordnya sehingga berasumsi kapanpun bisa diaktifkan kembali dan disalahgunakan. Nah, bener-bener ribet kan! Akhirnya dipilihlah pihak ketiga yang terpercaya oleh mereka berdua untuk mengganti password sehingga tidak diketahui keduanya dan sekaligus mendeaktivasi akun. Apakah langkah ini sepenuhnya efektif? Menurut saya tidak karena bagaimanapun masih ada kemungkinan pemegang akun usil dan bisa saja menyalahgunakan FB. Coba kalau mereka masih bertahan di FB masing-masing, kalaupun mereka berbagi password kan masih lebih mudah tinggal ganti password masing-masing saja tanpa meribeti pihak ketiga segala.
Untuk akun tabungan bersama wah tentu saja lebih kompleks lagi karena menyangkut uang, kesannya kok jadi seperti pembagian harta gono gini begitu.
Sedangkan dalam bisnis memang seharusnya diterapkan prinsip ''bisnis tetaplah bisnis'' dimana profesionalisme harus dikedepankan tanpa ada unsur subjektifitas dan mencampuradukkan masalah personal. Namun, yang namanya manusia, perasaan tidak bisa semudah itu dikendalikan. Efek putus dan komunikasi yang buruk mau ga mau membuat kerja sama keduanya juga kena imbas. Ya apa mau dikata kalau setiap akan berbicara masa depan bisnis, ada perasaan pribadi di bawa-bawa. Akhirnya meskipun bisnisnya tetap bertahan tetapi keadaannya stuck, kemajuannya lamban dibanding ketika mereka masih bersama. Ya mungkin perlu waktu untuk mengembalikan komunikasi bisnis menjadi normal kembali. Dari ''program berbagi'' antara Mba Gendis dan mas Abdi ini dapat diambil pengalaman bahwa dalam sebuah hubungan apalagi yang dalam taraf masih pacaran, berbagi semua hal itu tak sepenuhnya baik. Tetap ada hal-hal yang harus dipertahankan sebagai privacy.
Bahkan hubungan yang sah suami istri aja masih perlu saling menghargai privacy masing-masing dalam segala hal. Apalagi cuma pacaran.