Aku tak ingat kapan tepatnya kami mulai bicara. Kurasa aku tahu dirinya lewat grup puisi. Waktu itu aku masih di Taiwan, dapat beasiswa S3 di sana. Ia di sini, tak pernah ke mana-mana, kecuali saat libur.
Kadang kami tak bicara selama bertahun-tahun lalu entah mengapa aku akan mengontaknya lagi. Ping. Ping. Ping. Mungkin hanya ingin memastikan ia masih memakai messenger-nya atau tidak. Nyatanya ping dariku selalu dibalas.
Entah mengapa seminggu yang lalu aku ingin menemuinya. Padahal waktu dulu ia mengajakku bertemu ketika libur Lebaran kutolak, meski sebenarnya bisa. Aku mungkin takut, ah, kurasa aku memang berharap ia tidak seperti harapanku. Waktu itu ia bilang tubuhnya tambun dengan wajah berminyak. Kurasa itu yang membuatku hilang nafsu untuk menemuinya. Kita, lelaki, selalu ingin bertemu perempuan cantik, kan?
Tapi aku tak tahu mengapa kali ini ingin menemuinya. "Bagaimana aku tahu itu kamu?" tanyaku.
"Gemuk, pendek, dan berambut panjang."
"Kau tidak bercanda?"
"Tentu saja tidak."
Namun, sedari tadi mataku menyapu ruang, tak kulihat perempuan seperti ciri yang ia katakan. Mungkin ia tak jadi datang, tapi tak ada pesan darinya.