Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

#Kelilingborneo 3, Banjarmasin 3, 25 Januari 2015

16 Mei 2015   01:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:59 193 1
Pagi-pagi sekali kami sudah bangun. Sama seperti kemarin, setelah sholat Shubuh kami langsung berangkat menuju pasar terapung. Kali ini adalah pasar terapung sungai Kuin. Wisatawan banyak yang datang kesini karena memang aksesnya mudah. Namun harga-harga yang ditawarkan jauh lebih mahal dari pasar terapung Lok Baintan. Menuju pasar terapung sungai Kuin bisa menggunakan motor atau mobil, kemudian parkir di dermaga dan kita menyewa perahu (kelotok). Karena ramai, maka harga sewa kelotok pun mahal. Dari harga Rp 400rb ditawarkan. Kami menolak, kami ingin bergabung dengan kelompok lain agar lebih murah patungannya, gak boleh. Edan.  Aturan yang dibuat sepihak. Jadi kalau kita datang berbeda rombongan, gak bisa langsung jadi satu. Kami pun bete, memang di pasar terapung sungai kuin tidak bisa dari rumah penduduk, karena sungainya besar sekali, tidak ada jembatan, dan sungai ini mengarah ke Laut, sehingga memang diperlukan kelotok untuk ke pasar terapung. April 2014 lalu kami menyewa kelotok Rp 150rb, Eva berusaha menghubungi kelotok yang dulu, sayangnya sedang sakit, dan tidak mau ambil dari dermaga yang kami datangi, karena sudah ada bagian-bagiannya, sedangkan dermaga yang dulu kami datangi, cukup jauh, dan lebih dari 1 jam menuju pasar terapung. Akhirnya kami pergi ke parkiran motor, salah seorang penyewa kelotok menghampiri kami, dan bertanya berapa harga yang kami mau. Kami menyebutkan Rp 150rb. Bagi kami itu sudah cukup mahal, karena jaraknya sudah sangat dekat. Awalnya mereka tidak mau, namun setelah melihat kami serius mau pergi, mereka mengalah. Saya bisiki Eva, "wah, berarti kudu gertak juga ya..."  Eva mengangguk. Akhirnya kami masuk kelotok, katanya mau digabung sama yang lain. Nyatanya cuma kami saja yang ada di kelotok. Di pasar terapung sungai Kuin terlihat memang diadakan untuk jual beli, berbeda dengan pasar terapung Lok Baintan yang melewati perumahan warga. Di pasar terapung sungai Kuin kita akan melihat banyak kapal besar, ada pengangkut kayu-kayu, dan lain-lain. Untuk belanja disinipun harus menggunakan kelotok, bukan menunggu dibelakang rumah. Memang suasananya berbeda antara dua pasar terapung ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun