Aku duduk di atas kursi kayu berwarna cokelat tua, terukir kelopak melati pada setiap sudutnya. Ujung kelopaknya runcing, kemerahan dan semakin pekat dari hari ke hari. Tidak ada yang mempertanyakan itu. Lagi pula, aku selalu sendiri. Kecuali malam yang diam-diam bertamu menawarkan sepi.
KEMBALI KE ARTIKEL