Aku menengok keluar jendela kamarku, aku melihat ayahku membawa sekop itu. Ku lihat air mata mengalir di wajahnya. Isak tangisnya tertahan, keluar dari mulutnya dengan berat dan parau. Ia mengangkat sekop itu tinggi-tinggi, lalu menghujamkannya ke tanah. Mata sekop itu merobek tanah seakan-akan tanah itu adalah daging segar. Tak lama kemudian hujan pun menyirami seluruh tanah, namun ayahku tetap saya menggali tanpa henti.
KEMBALI KE ARTIKEL