Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

"Reshuffle Cabinet"... Langkah Penyelamatan NKRI atau Pencitraan???

18 Oktober 2011   19:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:47 197 0
Tak berapa lama lagi, isu reshuffle yang telah menyita perhatian publik, sehingga lupa pada isu-isu nasional terkait Terorisme, geliat KPK menghadapi DPR, peninjauan kembali kasus Antasari, hingga Banggar yang dilematis, serta banyak kasus lain,  akan segera mencapai garis finish.

KEJUTAN

Hari ini tanggal 19 oktober 2011, beberapa menteri baru dan beberapa wakil menteri akan dilantik oleh Presiden RI di Istana Negara.

Banyak rumor yang berkembang seputar pergantian para pejabat yang bertugas membantu Presiden tersebut, banyak yang mendukung, namun tidak sedikit yang kecewa. Berbagai kekecewaan yang mencuat bukan hanya diseputar pencaplokan manusianya, tapi juga prosesnya. Selama proses berlangsung ada beberapa hal yang menurut penulis merupakan bentuk "kejanggalan" atau lebih tepatnya "kejutan".

Diantaranya perubahan Perpres tentang Wakil Menteri (Wamen). Sebelumnya disiratkan bahwa Wamen adalah jabatan karrier, namun dalam komposisi Wamen hasil reshuffle, tidaklah demikian. Sebahagian besar merupakan kalangan akademisi dari beberapa Kampus ternama di Indonesia, serta kalangan lain yang dianggap memenuhi "persyaratan".

Mengapa ini terjadi? Apa memang sengaja melanggar peraturan atau peraturan itu sendiri yang diubah? Jika benar sengaja diubah, ada pihak yang menyebut sebagai "politisasi birokrasi". Tapi menurut saya, hal tersebut masih dalam koridor WAJAR, sepanjang kebijakan tersebut memang benar-benar diarahkan pada kepentingan publik nantinya, tidak hanya untuk memenuhi keinginan kerangka politik semata.

Selanjutnya, banyak pertanyaan mengenai penyebab Fadel di istirahatkan dari kursi menteri perikanan dan kelautan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Namun dari berbagai sumber, salah satunya tulisan "Ini Penyebab Fadel Dibuang SBY" oleh Budi Kurniawan tanggal 19 Oktober 2011 pukul 00.45 WIB di kompasiana, disebutkan bahwa beliau terjerat dalam masalah tanah dengan pihak UIN  Syarif Hidayatullah.

Kemudian, PKS kehilangan satu kursi menteri. Hal ini barangkali bakal jadi perdebatan, karena selama ini PKS adalah koalisi Demokrat. Sementara EE Mangindaan, Mari Pangestu, dan Pak Hatta hanya mengalami "mutasi" saja. Dan yang masuk ke ESDM adalah Pak Jero Wacik sang Akademisi ITB. Lalu Pak Eko Prasojo, guru besar Universitas Indonesia di tunjuk sebagai wakil menteri di MenPAN dan Reformasi Birokrasi. Anehnya, Pak Tif  dan Pak Marty yang beberapa minggu ini diributkan diforum publik, kelihatannya aman-aman saja. Lalu Cicip menggantikan seniornya Fadel. Dan masih banyak perubahan-perubahan lain yang terjadi dan menyisakan banyak perdebatan.

LANGKAH PENYELAMATAN

Menyimak berbagai kondisi diatas, timbul 2 pertanyaan bagi penulis, yakni apakah reshuffle ini merupakan langkah "penyelamatan NKRI" atau hanya langkah penyelamatan pihak tertentu, sebut saja "pencitraan"??? Jika saja hal ini merupakan langkah penyelamatan NKRI sehingga dianggap urgen, maka biarlah kinerja dan waktu yang nantinya akan membuktikan. Apalagi penulis melihat, berbagai kalangan profesional dan akademisi juga turut diundang kedalam kabinet, maka harapannya adalah sebagai penyeimbang antara kepentingan politik dan birokrasi, sehingga nantinya membawa perubahan kinerja pada instansi yang didudukinya.

Tetapi, jika reshuffle ini hanyalah penyelamatan diri hingga akhir masa kepemimpinan penguasa, maka langkah ini akan sangat merugikan anggaran negara, sebab di dalam kabinet tersebut sebenarnya sudah terjadi "penggemukan" dalam hal komposisi. Selain itu, jika memang benar pilihan penguasa hanya sebatas pencitraan, maka reshuffle ini hanyalah langkah sia-sia dan keluar dari koridor tujuannya.

Disamping itu, ada juga yang menyebut bahwa pemerintahan SBY sedang terjerat dalam sistem multipartai yang sarat kepentingan politik, sehingga tindakan penguasa seakan hanya "menyenangkan semua" saja, win-win solution.

Namun apapun itu, permasalahan sebenarnya adalah bukan pada orang-orang yang ditunjuk tersebut, tapi masalah kapabilitas dari orang-orang tersebut. Mampukah mereka membawa angin perubahan kearah positif atau hanya akan menambah kesengsaraan publik dengan menghambur-hamburkan anggaran negara, penulis tidak bisa memastikan.

HARAPAN

Satu hal yang menjadi harapan penulis adalah, siapapun orang yang duduk kursi kabinet, entah dari kalangan apa, dan latar belakangnya apa, saya hanya berharap agar mereka menjadi profesional dan bekerja sebaik-baiknya demi kelangsungan NKRI. Masyarakat Indonesia sudah jenuh mendengan maraknya pertikaian di kalangan elite, maka kiranya melalui reshuffle kali ini, simpati dan partisipasi serta kepercayaan masyarakat dapat diraih kembali, tentunya dengan KINERJA YANG MAKSIMAL melalui Kebijakan yang berpihak kepada publik.

Semoga Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II (hasil reshuffle) akan membawa perbaikan bagi NKRI... SEMOGA!!!

@DesmanArmando #PublicPolicyLover _ Sebuah Ke"Galau"an pada Reshuffle Cabinet

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun