Masyarakat kita selalu heboh ketika ada public figure yang awalnya mengenakan jilbab, lalu kemudian dengan alasan tertentu melepasnya. Mereka beramai-ramai menghakiminya, mengurusi dosa serta menentukan surga dan nerakanya. Sementara itu, ketika ada public figure yang dalam suatu keadaan tertentu mengenakan jilbab, mereka beramai-ramai memuji kecantikannya dan berdoa semoga mendapat hidayah dengan konsisten memakai jilbab. Di Indonesia, orang sekelas Professor Quraish Shihab, yang sangat mumpuni di bidang tafsir, masih bisa terkena nyinyir netizen yang ngajinya cukup hanya dengan menonton video pendek tiktok, youtube, reels instagram, dan yang lainnya. Hanya karena pandangannya tentang jilbab berbeda dari pemahaman masyarakat selama ini. Padahal kalau mau dikatakan jujur, pandangan masyarakat kita tentang jilbab memang masih salah kaprah. Dan yang menjadi akar masalahnya adalah miskinnya wacana tentang jilbab. Padahal hijab, jilbab, dan khimar punya definisinya masing-masing yang berbeda dan memiliki sebab konteks yang berbeda pula.
KEMBALI KE ARTIKEL