Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Indahnya Pembauran di Mesjid Lautze

21 Agustus 2011   03:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:36 415 2
DI JALAN yang hampir sepanjang 1.5 km itu, sehari-harinya sibuk  dengan dunia bisnis dan perdagangan. Itu ditandai dengan berjejer rapatnya ruko-ruko di sepenjang kiri-kanan jalan sebagai tempat usaha dan perkantoran. Kalau tidak jeli -- atau tidak biasa di  sini -- mungkin tak akan menyadari bahwa terdapat sebuah mesjid di jalan ini. Karena lazimnya sebuah mesjid, tak ada kubah di puncaknya, atau menara yang menjulang. Sebab bangunannya juga sama dengan bangunan lainnya, yaitu berupa ruko. Ya, itulah mesjid yang dikenal dengan Mesjid Lautze Jakarta yang, namanya mengambil dari nama jalan itu sendiri : Jl.:Lautze No.87/89, Jakarta Pusat. Mesjid ini diresmikan 4 Februiari 1994 oleh Prof.DR.Ing. BJ Habibie yang, ketika itu menjabat Ketua ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia). Tapi menurut Bapak Ngadimin salah seorang petugas mesjid, ruko ini berfungsi sebagai tempat ibadah muslim sudah sejak tahun 80-an. "Awalnya cuma satu ruko, kemudian berkembang jadi 2 ruko digabung jadi satu menjadi mesjid," tambah Pak Aon, mualaf yang mengajar mengaji untuksesama mualaf di mesjid itu. Mulannya ruko 4 lantai itu berfungsi sebagai kantor PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia), yang dipimpin oleh Haji Abadulkarim Oei Tjen Hien. Dalam buku "WNI BERAGAMA ISLAM" yang ditulis olej Drs.H.Junus Yahya,  tokoh nasional Alm. Mr. Moh. Roem menobatkan Haji Abdulkarim Oei Tjen Hien sebagai pionir Islam di kalangan keturunan Cina Indonesia. Bahkan disebutkan juga beliau bersahabat dengan Buya Hamka dan Presiden RI ke-1 Ir.Soekarno. Dan Abdulkarim Oei inilah nampaknya yang menjadi cikal-bakal sekaligus inspirasi berdirinya mesjid Luatze ini, yang kini berada di bawah naungan Yayasan Haji Abdulkarim Oei, dan dipimpin oleh H.Ali Karim Oei, putra dari almarhum H.Abdulkarim Oei. Walaupun H.Abdulkarim Oei telah wafat tahun 1984, pengikut-pengikutnya dari kalangan WNI Islam terus berkembang pesat. Mereka datang dari generasi muda dan tua, dari kalangan cendikiawan dan pengusaha. ***** MESJID ini memang kental dengan nuansa Cina. Selain pintu masuknya yang setengah bundar menyerupai kubah dicat dengan warna merah yang pekat, di langit- langit terasnya juga digantung beberapa lampion khas Tionghoa. Setelah masuk keruangan, warna merah makin terasa lebih dominan. Karena tikar sembayang yang terbentang juga berwarna merah, dan dikombinasi dengan pilar berwarna hijau. Sementara dinding yang berwarna putih dibuat relief-relief dengan sapuan warna merah berbentuk kubah. Dibagian depan, sejajar dengan mihrab diberi dengan warna kuning mencolok. Dan di tengah-tengah relief dihiasi dengan pigura-pigura berisi kaligrafi khas Cina, lengkap dengan artinya yang juga berupa huruf Cina. Tapi jangan dikira jemaahnya cuma muslim Tionghoa, melainkan bercampur dengan pribumi. Selain warga setempat, mereka adalah karyawan dan pedagang yang berkantor dan berusaha di Jl. Lautze itu. Namun tak ada Cina, tak ada pribumi dimesjid ini. Perbedaan etnis itu telah melebur  dalam satu jemaah yang seiman. Setidaknya ini suatu bukti betapa indah dan damainya sebuah pembauran melalui Islam. "Mesjid ini juga telah meleburkan dua kultur, yaitu Cina dan Indonesia," tutur Pak H.Edi yang saat itu usai sholat Ashar berjemaah. Lebih dari itu, Mesjid Lautze juga aktif setiap bulannya melakukan peng-islaman yang, tentunya terhadap mayoritas etnis Cina. Mereka, baik dari kalangan muda maupun tua, dan berasal dari berbagai kepercayaan. Dari data yang tercatat pada bilboard mesjid, paling tidak mesjid ini telah melakukan pengislaman terhadap 5 sampai 6 orang setiap bulannya. Untuk tahun ini saja -- sampai bulan Agustus -- sudah tercatat 53 orang yang diislamkan. Dan bila dihitung dari tahun 1997 sudah tercatat 900 orang mualaf yang berasal dari Mesjid Lautze Jakarta ini. Lantas, bila ingin melakukan wisata religie pada bulan ramadan ini, Mesjid Lautze Jakarta, bisa menjadi salah satu pilihan. Telkomsel Ramadhanku****

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun