Mobil buatan lokal (mobkal), terlepas masuk kategori mobil nasional (mobnas) maupun sekedar karoseri lokal, seharusnya menjadi kembanggaan kita bersama. Seperti halnya orang Filipina bangga dengan Jeepney, kita seharusnya bangga dengan Kijang Rover, Kijang Jantan, Panther Miyabi, Suzuki RealVan dll. Memang agak sulit mencirikan mobkal karena terlalu beragam tanpa ciri khusus seperti jeepney di Filipina. Bahkan jeepney menenggelamkan merek aslinya, karena seluruh bodi dibuat mirip Jeep tapi bukan Jeep. Selain tidak ada ciri khas, mobkal kita kadang ditulis-tulis yang aneh-aneh. Misalnya tulisan "Rover" pada Kijang yang bagian belakangnya dibuat corak agak mirip Land Rover Defender. Tulisan "Terato" pada Pather yang di bagian tertentu dibikin corak agak mirip Nissan Terrano. Tulisan "ECI-MULTI V9" pada bagian tengah bodi Panther mirip tulisan ECI-MULTI V6 pada Mitsubishi Pajero Exceed tahun 1995-1998. Dan masih banyak lagi kalo kita cermati satu per satu. Awam seperti mungkin langsung bisa nebak "biat dikira" yang dimiripi. Tentu sang produsen tidak akan terima dan pasti punya alasan lain. Mungkin "Terato" memilliki arti tertentu. Mungkin juga "ECI-MULTI V9" singkatan tertentu yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan fitur teknologi Mitsubishi. Kan sudah jelas buntutnya V9. Sedangkan pada Pajero tertulis V6 yang artinya mesin 6 silinder dengan konfigurasi V 3-3. Sedangkan V9 tidak mungkin mesin 9 silinder konfigurasi V 4-5 atau 8-1 he he he :) Dan kenyataannya secara keseluruhan juga blaas sama sekali tidak mirip. Hanya corak bagian tertentu saja yang "agak mirip". Kini giliran mobnas Esemka Solo, kita sangat bangga dan kita elu-elukan bersama. Tidak tanggung-tanggung, menjadi tunggangan resmi walikota Solo. Tidak ada tulisan aneh-aneh. Memang ada yang bilang bagian depan mirip X, bagian samping mirip Y dan bagian belakang mirip Z. Memang sangat sulit membuat model yang benar-benar tidak mirip siapa-siapa. Yang penting, secara keseluruhan tidak mirip merek tertentu. Namun demikian, jika kita cermati lebih jauh, ternyata ada bagian tertentu yang sangat mengecewakan. Pada poros roda depan tampak terpasang
free-lock hub, sebuah opsi yang hanya
applicable untuk kendaraan
part time 4WD. Opsi ini cukup mahal dan tidak akan dipasang pada kendaraan
permanent 4WD kecuali karena kobodohan, apalagi pada kendaraan 2WD. Uraian detilnya dapat disimak pada
blok ini. Sebenarnya Esemka tidak perlu risau tidak lulus uji emisi. Semua orang tahu mesin mobnas ini bukan bikinan sendiri, melainkan mesin Timor 515i. Seharusnya KIA lah yang bertanggungjawab atas emisinya. Namun masalah
free-lock hub ini harus benar-benar diperhatikan. Andaikan pun
front wheel drive, opsi ini tetap tidak patut dipasang, karena malah membahayakan manakala terulir ke arah
free, entah sengaja atau tidak, mobil tidak bisa maju maupun mundur seperti mobil 4WD ketika tuas
transfer case-nya digeser ke posisi N. Dan yang paling jelas, opsi ini harganya cukup mahal.
Front wheel drive juga harus diperhitungkan dengan sangat cermat untuk jenis kendaraan
station wagon yang umumnya ketika bergerak titik beratnya bergeser ke belakang. Semoga mobnas Esemka semakin sukses dengan menyimak semua kritik membangun. Amiiien.
KEMBALI KE ARTIKEL