Kala itu perjalanan menuju Greatwall / Tembok Besar China yang sangat populer sebagai salah satu tujuan wisata di dunia.
kebetulan kami dipandu oleh pemandu wisata lokal yang sangat terlatih berbahasa Indonesia.
di tengah perjalanan, terlihat sekumpulan perkampungan disisi jalan, dibukit-bukit menjelang sampainya di lokasi tembok china.
Lalu pemandu wisata itu tiba-tiba bertanya kepada semua anggota tour yang ada didalam bus.
Apa Agama Bapak/Ibu??
Semua saling menjawab, karena kebetulan memang peserta tour terdiri dari berbagai agama.
Ada yang menyebut “Saya Muslim”
disambut dengan rekan lain yang tak mau kalah terdengar “Agama Saya Kristen”
lalu saya dengan santai menjawab ” Kalau saya beragama Buddha”
lalu sang pemandu meminta kita semua yang didalam bus melihat sisi luar bus yang terlihat sekumpulan rumah-rumah perkampungan.
“Bapak Ibu, tahukan anda, bahwa penduduk disana semuanya tidak mengenal Agama” Seru Si Pemandu.
Seisi Bus langsung bergemuruh, saling berbincang satu sama lain, dan juga ada beberapa orang langsung bertanya dan menilai hal-hal yang gak baik tentang penduduk dikampung itu.
“Wahh kok bisa ya gak kenal agama”
“Waduh kasian juga mereka jauh dari Tuhan”
seisi bus sibuk dengan argumennya karena mendengar pernyataan dari pemandu tersebut.
Lalu si Pemandu melanjutkan ceritanya.
“Tapi”..
“Bapak Ibu”
“Sepanjang saya hidup dan melihat kehidupan mereka yang tinggal diperkampungan itu, saya selalu melihat mereka selalu hidup dengan Kebahagiaan, Penuh Persahabatan, Kedamaian, Cinta Kasih dan saling mengasihi”
Seisi Bus Terdiam.
Lalu Si Pemandu bertanya
” Bagaimana dengan ditempat tinggal bapak ibu ?”
Seisi Bus hanya mampu menjawab dengan senyuman kecil.
(DY) daunbodhi-dot-com
