Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Namaku Tuhan

23 Agustus 2010   08:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:47 86 0
"Siapa namanya?"

"Tuhan."

"Hah?"

Itulah reaksi normal yang sering kulihat saat berkenalan dengan orang baru. Ya, namaku memang Tuhan. So what? Ada yang salah dengan itu? Memang tidak boleh ya kalau kita punya anak lalu memberi nama Tuhan?

Dan jangan salah ini nama asliku. Kalau tidak percaya lihat saja akte lahirku. Namaku memang Tuhan.

Entah kenapa orang tuaku memberi nama ini. Ibuku sendiri tidak tahu. Katanya ayah yang memberiku nama ini. Tapi ayah keburu meninggal waktu aku masih kecil.

Menyandang nama Tuhan berarti menanggung beban berat. Waktu SD, teman-temanku mengejekku karena namaku. Awalnya aku tidak mengerti, tapi setelah belajar agama dan Pkn, aku mulai mengerti kenapa aku dianggap aneh. Dan hal itu terus berlanjut sampai aku SMU.

Perjalanan hidup dari SD sampai SMU mengajariku banyak hal hal tentang "Tuhan", sosok yang selalu dicari, disembah, dirindukan semua manusia dan dipercaya memegang kekuasaan alam semesta ini. Somehow, aku merasa bukan kebetulan kalau namaku Tuhan. Seperti yang diajarkan semua agama, untuk segala sesuatu pasti ada maksudnya. Ada tujuannya.

Maka selepas SMU aku menjelajah negeri ini, mencari tahu kenapa aku diberi nama Tuhan oleh ayahku. Aku meninggalkan agama dan kepercayaan orang tuaku dan belajar segala macam agama yang kutemui.  Aku keluar masuk tempat ibadah. Membaca berbagai kitab suci. Berdoa dengan berbagai cara.

Akhirnya setelah setahun melakukan semua itu, aku mulai bisa mengetahui tujuan hiduplu. Aku adalah Tuhan. Dan sama seperti "Tuhan" aku juga diberi kuasa untuk menggenggam nyawa manusia di tanganku.

Aku tidak main-main. Aku yakin sekali dengan panggilanku. Aku dipanggil untuk mengatur nyawa orang yang hidup di bumi. Jadi dengan pengetahuan itu aku masuk sekolah kedokteran. Kenapa sekolah kedokteran? Simpel saja. Karena dokter adalah orang yang berkaitan dengan nasib hidup banyak orang. Orang hidup selalu butuh dokter. Mulai dari lahir, dewasa, sampai mau meninggal, dokter selalu ada dan diperlukan.

Dan tanpa sadar manusia juga mempercayakan hidupnya di tangan dokternya. Kalau dokternya mau, bisa saja dia memberi racun kepada pasiennya dan selesai sudah.

Aku selesai sekolah kedokteran  dan tetek bengeknya satu tahun lebih cepat dari orang lain. Wajar memang karena aku kan Tuhan. Setelah lulus, dapat izin praktek, mulailah aku buka praktek.

Sebentar saja aku menjadi terkenal. Orang-orang mengenalku sebagai dokter Tuhan. Aku adalah dokter yang dikenal bisa menyembuhkan sakit separah apapun. Tapi orang-orang tidak tahu kalau ada beberapa pasien yang berobat kepadaku yang sengaja kubunuh. Kenapa? Karena mereka memang tidak layak hidup.

Belum pernah aku merasa sebahagia ini. Mungkin karena aku sudah menemukan tujuan hidupku. Aku adalah Tuhan. Aku menentukan nasib seseorang. Dan aku tidak menentukan apakah mereka layak hidup atau mati sesukaku, tapi karena aku tahu. Entah bagaimana menjelaskannya, tapi begitu melihat seseorang aku langsung tahu orang ini layak hidup atau harus mati.

Suatu hari aku kedatangan pasien spesial. Ibuku sendiri. Begitu melihatnya aku tahu dia harus hidup. Jadi setelah diperiksa aku memberinya obat. Tapi belum lagi dia melangkah keluar dari ruang praktekku, ibu langsung roboh.

Tergopoh aku langsung mengangkatnya dan menaruhnya di ranjang dan langsung melakukan pemeriksaan kilat. Napasnya tersengal-sengal. Somehow aku tahu hidupnya tidak akan lama. Tapi kenapa? Bukankah aku sudah putuskan kalau dia akan hidup?

"Nak..." kata ibu dengan napas tersengal-sengal.

"Ibu..." air mata mengalir di pipiku. "Jangan mati..."

Dan tepat setelah aku menyelesaikan kata-kataku, ibu menghembuskan napas terakhirnya.

"Tidaaaaakk...."

Tidaaaakkkkk.....tidaaaakkkkk.....ini tidak mungkin terjadi. Aku Tuhan. Aku yang menentukan nasib manusia. Tidak. Tidak. Tidak.

Hari itu juga ibu langsung dikubur. Di depan makam ibuku, aku berkata lirih, "Ibu aku bukan Tuhan. Aku tidak bisa menentukan hidup manusia. Ibu, izinkan aku mengubah namaku mulai hari ini. Mulai sekarang namaku bukan lagi Tuhan. Aku Manusia."

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun