Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Menganggapi dan Analisis Artikel Berisi Teks Anekdot dan Pemimpin Humoris

20 Mei 2023   19:36 Diperbarui: 20 Mei 2023   19:42 128 1
Artikel yang ditanggapi dan dianalisis: https://www.kompasiana.com/ariindarto1891/64340caa08a8b536fa43c4d2/merindukan-sosok-pemimpin-humoris

Saya setuju dengan teks tersebut mengenai merindukan sosok pemimpin humoris. Sifat humoris dalam kepemimpinan dapat menciptakan suasana kerja yang menyenangkan dan memotivasi karyawan untuk bekerja dengan semangat.

Teks Anekdot itu sendiri merupakan teks yang berisi lelucon dan dalam lelucon tersebut terdapat kritikan atau sindiran terhadap situasi atau peristiwa tertentu. Sehingga Tujuan dari teks anekdot itu adalah menghibur pembacanya dengan kelucuan yang terdapat didalamnya serta dapat juga digunakan untuk mengkritik atau menyindir situasi atau peristiwa tertentu melalui lelucon dalam teks anekdot.

Contoh Teks Anekdot :

Pelajaran Fisika

Di suatu pagi hari di kelas, bel berbunyi dan murid - murid memulai pelajaran pertama yaitu Fisika. Guru yang mengajar adalah Pak Ahmad dan materi yang akan diajarkan adalah mengenai gaya. Pak Ahmad menjelaskan mengenai pengertian gaya dan tekanan. Pak Ahmad juga berkata bahwa Gaya berbanding lurus dengan Tekanan sehingga semakin besar gaya, tekanan pun juga besar.

Singkat cerita, saat menjelaskan, Pak Ahmad melihat ada murid bernama Adam yang tengah asik mengobrol dengan Johan saat sedang menjelaskan.

Pak Ahmad: Oi, yang belakang ngapain ?
Murid - Murid : HAHAHAHA
Adam : Ehh, gak ngapa - ngapain pak ?
Pak Ahmad: Oh gitu, mas coba ulangi tadi apa yang bapak sampaikan mengenai gaya dan tekanan. Kalau kamu gak bisa menjelaskan saya suruh berlutut.
Murid - Murid : hayolo tadi dijelaskan tentang apa?
Adam : Jadi tadi dijelaskan bahwa gaya dan tekanan itu saling berbanding lurus ?
Pak Ahmad : Trus, kalau gaya dan tekanan saling berbanding lurus akibatnya apa ?
Adam : Kalau gayanya semakin besar, maka tekanannya juga akan semakin besar. Jadi kalau misalnya merasa hidupnya banyak tekanan, pasti karena kebanyakan gaya.

Mendengar Jawaban dari Adam, seisi kelas langsung tertawa begitu juga dengan Pak Ahmad yang pada akhirnya memuji Adam atas jawabannya tersebut.

Hal yang menarik dari teks anekdot di atas adalah cara Pak Ahmad mengatasi ketidaktahuan muridnya dengan memberikan pertanyaan ulangan secara spontan dan tegas kepada Adam yang tengah mengobrol saat ia sedang menjelaskan. Meskipun pada awalnya Adam terlihat tidak memperhatikan, tetapi ia ternyata dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan penjelasan yang tepat mengenai hubungan antara gaya dan tekanan. Cara mengajar seperti ini menunjukkan bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan penjelasan, tetapi juga mengevaluasi pemahaman murid. Selain itu, cara Pak Ahmad memberikan hukuman berupa berlutut juga menunjukkan bahwa ia memiliki standar dan konsekuensi yang jelas untuk memotivasi muridnya belajar dengan serius.

Fungsi dominan dalam teks anekdot adalah untuk menghibur pembaca atau pendengar. Anekdot adalah cerita singkat yang biasanya mengandung unsur humor atau kejadian lucu yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya adalah untuk membuat orang tertawa atau merasa senang.

Dalam beberapa kasus, teks anekdot dapat dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi di sekitar. Anekdot seringkali menceritakan kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat terkait dengan peristiwa yang sedang atau baru-baru ini terjadi di sekitar. Sebagai contoh, saat terjadi peristiwa banjir yang besar di suatu daerah, seseorang dapat menceritakan anekdot tentang pengalaman mereka dalam menghadapi banjir. Anekdot tersebut dapat membantu menghibur dan memotivasi orang-orang yang terkena dampak banjir, serta memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas di antara mereka. Selain itu, teks anekdot juga dapat digunakan untuk mengomentari atau mengejek peristiwa tertentu yang terjadi di sekitar. Anekdot semacam ini seringkali memiliki unsur humor yang kuat, sehingga dapat membantu menghibur orang-orang yang merasa tegang atau terbebani dengan peristiwa tersebut.

Dalam kesimpulannya, artikel tersebut menyimpulkan bahwa humor dapat menjadi kekuatan dalam kepemimpinan, asalkan digunakan dengan bijak dan tepat pada konteksnya. Pemimpin yang humoris dapat mempererat hubungan dengan bawahannya dan menciptakan suasana yang lebih santai dan menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan cara kerjanya. Namun, sifat humoris harus dikembangkan dengan bijak melalui pembelajaran dan pelatihan yang tepat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun