Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Menarilah Kijangku

23 Mei 2015   21:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:40 10 0


Tapak bumi panas,aspal, rumput ,bebatu,kerikil dan hempasan badai serta gelombang panah panas menyeringai meluluhlantak tak hanya gendang telinga tapi rongga dada terhimpit menekan tulang punggung.

Rapuh dan tetaplah bertahan menahan selaras ihlas.

Waktu didulang mentari,disuguhi kiasan machine, betapa tak berartinya tetes keringat dan napas serta percepatan untuk keberlangsungan angin kesejukan.

Tak berartinya cinta sepenuh hati tanpa batas waktu terus memberi terus bersinergi..

Telapak kijang mendera bebatu agar tak secuilpun kerikil menyayat roda, melebarkan hamparan agar kereta berpesona emas yang dikekangkan ke punggungnya lenggang mereguk telaga, menjuntai indah meraih buah-buah pemanis ,penghilang lara...

Agar jerit tangis anak istri dihibur keramahan cinta dan perhatian perjuangan.

Menarilah kijang biarpun langkah di sepenggalahan satu tombak matahari menaik langkahmu terhambat diri..

Terlambat cinta.

Terbengkalai waktu dan lelah dkejar jagamu.

Menarilah hingga batas waktu..

Terus mencipta lompatan tak peduli napas mu telah tersengal, sementara harimau duduk mengintai menikmati darah daging dan menguras keringatmu..

Teruslah menghampar sajadah ditiap langkah dan lompatan mu, tak peduli mesin menghitungmu atau tidak...

Saat kaki mu menyentuh bumi ia bergetar saat kaki mu melayang ia munajat terhitung menembus milyaran angka menembus langit..

Yakinlah dalam tarianmu akan berpijak dan luruh di bumi yang suci.

Terbersihkan.




KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun