Belakangan ini muncul buku-buku yang judulnya dimulai dengan kata 'seni' umpamanya saja 'seni untuk bersikap masa bodoh', 'seni hidup minimalis', 'seni berdamai dengan diri sendiri', 'seni menerima diri apa adanya', dan seterusnya. Apakah ini penanda bahwa seni sudah tidak lagi pinggiran? Tulisan-tulisan yang menyoal seni umumnya bernada keprihatinan. Seni tidak lebih penting dari politik, kecuali jika seni itu memprovokasi, baru ia dianggap gawat. Selama membahas rembulan, atau teori yang mengada-ngada biarkanlah para seniman itu ngoceh semau-maunya.
KEMBALI KE ARTIKEL