Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Perubahan Peradaban

31 Maret 2012   15:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:12 538 0
Jika kita mau membuka mata hati kita dan kita mau berpikir untuk memahami realita kehidupan menjelang abad 21 maka kita akan merasakan sebuah keprihatinan. Peradaban semakin unik dengan berbagai inovasi teknologi yang semakin canggih namun moral kian menyusut. Tidak sedikit manusia yang melaksanakan fungsi kehidupannya secara kurang baik. Tidak sedikit, manusia yang merusak citra diri sebagai makhluk-Nya yang sempurna.

Manusia dewasa ini memandang sesuatu hanya dari tampilan, kinerja, amal, dan kebiasaan. Padahal, semua itu hanya bagian terkecil dari sesuatu yang besar. Tidak sedikit manusia tidak memahami sesuatu yang besar tersebut. Artinya, manusia menyukai hasil dapat membentuk pola kehidupan manusia instan. Tampilan, kinerja, amal, dan kebiasaan bisa ada itu karena adanya motivasi, alasan-alasan, dan pengetahuan sedangkan motivasi, alasan-alasan, dan pengetahuan bisa ada itu karena adanya nilai, keyakinan, hati nurani, karakter, kefitrahan. Ibaratkan sebuah komputer. Tampilan, kinerja, amal, dan kebiasaan itu adalah Monitor. Motivasi, alasan-alasan, dan pengetahuan itu adalah aplikasi. Dan nilai, keyakinan, hati nurani, karakter, kefitrahan itu adalah CPU. Monitor hanya akan menampilkan apa yang telah diprintahkan CPU dan tampilan dimonitor tentunya dipengaruhi aplikasi yang telah dipakai. Ketika tampilan dimonitor tidak kita sukai, kita harus mengganti aplikasi yang kita pakai jangan malah merusak monitor kemudian beli yang baru.

Nah, Ketika kita mau memikirkan bagaimana langkah-langkah mengubah peradaban ini agar kembali sehat, jangan pernah memikirkan “bagaimana cara mengubah tampilan, kinerja, amal, dan kebiasaan dalam diri manusia” tetapi pikirkanlah bagaimana cara mengubah ideologi dalam diri manusia agar mereka bisa menampilkan, bekerja, mengamalkan, dan membiasakan diri dengan ideologi yang benar. Contoh. Indri1 dan Indra2 adalah guru. Indri mempunyai pola pikir bahwa “guru merupakan mata pencarian” dan Indra mempunyai pola pikir bahwa “guru merupakan pentransfer ilmu”. saya mengamati, Indri memang mengajar tetapi saya pahami teknik beliau mengajar. Masuk kelas, menyuruh kita menulis, kemudian beliau menjelaskan apa yang telah saya tulis. Padahal, tanpa beliau menjelaskan, saya bisa mengerti karena beliau menjelaskan seperti bukan menjelaskan melainkan membacakan apa yang telah saya tulis dengan bahasa yang berbeda. Dan hal ini bertolakbelakang dengan Indra. guru ini mengajar saya dengan penuh semangat, beliau mengajarkan saya apa yang telah beliau ketahui sesuai bidangnya dengan sungguh-sungguh sampai saya bisa memahami apa yang telah beliau ajarkan kepada saya. Indra adalah guru yang sehat, karena Indra melaksanakan fungsi guru secara baik sedangkan Indri bukanlah guru yang sehat, karena Indri melaksanakan fungsi guru secara kurang baik.

Nah, jika kita ingin mengubah Indri, kita jangan mengubah bagaimana cara beliau mengajar melainkan ubahlah ideologi beliau bahwa jangan jadikan guru sebagai mata pencarian tetapi jadikanlah guru sebagai ladang untuk mentransfer ilmu yang dimiliki, maka dengan sendirinya Ia akan mengajar dengan penuh semangat dan sungguh-sungguh. Setiap kejadian dalam hidup merupakan pelajaran bagi kita, dan setiap kejadian adalah bagian dari pembinaan moral pribadi untuk menjadi semakin mantap dan matang. Kehidupan yang bahagia dan penuh arti, akan dinikmati oleh orang yang melaksanakan fungsi kehidupannya secara baik.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun