Koreografi seringkali diartikan awam sebatas wujud pertunjukan tari di atas pentas, baik dalam format pentas konvensional maupun non-konvensional. Serangkaian proses kreatif dan upaya menubuhkan gagasan yang terkadang malah luput dari perhatian penikmatnya. Tari sebagai bagian dari produk penciptaan seni memiliki fungsinya yang beragam, mulai dari sifatnya yang pragmatis, reflektif hingga transendental. Tari juga menjadi pengalaman yang bersifat pribadi dan bebas-mandiri, sehingga dalam tatar ilmu sosial – humaniora disebut memiliki dimensi ‘sosial mikro’ (Hadi, 2017). Dimensi sosial mikro ini merupakan makna simbol budaya yang diperoleh dari pola pikir dan perilaku pada kelompok-kelompok manusia dalam wujudnya yang non-verbal, yang terkandung dalam aktivitas bersifat makro. Dimensi tersebut yang kemudian mendorong kemunculan aksi individu dan eksistensi personal pada kegiatan sosial yang melibatkan proses imajinatif-kreatif, berwujud tampilan bentuk, kandungan makna simbol dan nilai. Kesemuanya bersifat supraorganik, yang memiliki keunikan khas dalam menyatakan ‘sesuatu tentang sesuatu’ (Hadi, 2002). Merujuk pada pernyataan di atas bahwa menyatakan ‘sesuatu tentang sesuatu’, kemudian mengarahkan pemahaman pada proses semiosis/ pemaknaannya lebih lanjut. Berangkat dari hal tersebut, istilah alih-wahana seringkali bertaut pada peristiwa demikian. Sebuah wujud ubahan dari satu kendaraan/ wahana ke dalam kendaraan/ wahana lain. Dua hal yang menggarisbawahi alih wahana mencakup (1) wahana sebagai medium yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu; (2) wahana sebagai alat untuk membawa/ memindahkan sesuatu dari satu tempat ke tempat lain. ‘Sesuatu’ yang dialih-alihkan dapat berujud gagasan, amanat, perasaan, atau sekedar perasaan (Damono, 2018). Benarkah tari menjadi wujud alih wahana dari segenap tanda atau sesuatu yang sebelumnya dilontarkan? Semua bergantung pada sudut pandang pengkajiannya berdasarkan sajian yang diwujudkan. Ruang seni yang merangkum sejumlah pertunjukan tari dengan medium tubuh bisa menjadi bagian dari dimensi sosial mikro juga penting dicermati. Keberadaannya tak hanya mampu mengusung produksi teknis sebuah pertunjukan yang unik, namun juga meninjau kesiapan dalam mewujudkan suatu gagasan.
KEMBALI KE ARTIKEL