Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Jakarta Dari Atas Sepeda (3) Bike Lane Bukan Hal yang Penting?

9 Juli 2010   04:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:59 71 0
bike lane bukan hal yang penting?

Mungkin tulisan ini layak disamakan dengan sampah, yg dengan mudahnya kita bisa buang, ditumpuk dan berbau.

Seperti kita ketahui, khususnya di Jakarta, perdebatan atas perlunya lajur khusus sepeda atau Bike Lane hanya sebatas wacana, janji yang kemudian seperti janji-janji penguasa tidak ditepati.

Dan sebaliknya di kota-kota lainnya penguasa kotanya atau
pengatur kebijakan malah sudah dengan serius menanganinya atau istilah marketingnya menjemput bola : sediakan dulu lajurnya, beri kenyamanan lalu mempersilahkan pesepeda menggunakannya.

Pastinya semua dari kita sudah berfikir positif kepada pengatur kebijakan; mungkin masih banyak prioritas yg lebih mendesak atau yang lebih populer daripada sekedar membuat lajur khusus sepeda.

Kalau kita cermati dengan seksama, karena banyaknya prioritas yang lebih mendesak dan  yang lebih populer banyak sarana dan prasarana di Jakarta ini yang entah dengan sengaja terbengkalai. Salah satu yang dengan mudah dan gampang kita lihat adalah Lajur Khusus untuk TransJakarta atau BUSWAY , dengan biaya yang tentunya tidak kecil  saat ini hanya seperti bayangan.

Kalau berpikir ala KELIRUMOLOGI  Yang Punya Jakarta tuh  ngurusin yang lajur khusus yang besar  dan lebar aja nggak bisa BAGAIMANA mau ngurusin lajur yang lebih kecil ( BikeLane).

Kembali ke BikeLane.

Seberapa pentingkah BikeLane itu? Apakah Jakarta sudah saatnya memiliki BikeLane?

Pastinya jawabannya akan beragam, dan akan timbul perdebatan yang panjangnya mungkin sama dengan panjangnya antrian kemacetan di jalan.

Yang harus kita lakukan adalah sebenarnya menyamakan persepsi atau sudut pandang berfikir antara pesepeda (pengguna BikeLane) dengan pengatur kebijakan. Karena kalau persepsi atau sudut pandangnya berbeda pastinya BikeLane hanya sebatas wacana atau perdebatan yang tak kunjung selesai.

Saya yakin sudah banyak yg dilakukan temen-temen di B2w, baik itu berupa studi kelayakan, pengajuan bahkan simulasi pada setiap CFD, tetapi mungkin seperti yg telah saya sebutkan di atas BikeLane masih
tertindih prioritas yang lebih penting dan polpuler.

Akhirnya seperti kasus Telur dan Ayam, siapa yg lebih dulu diciptakan?

Pengatur kebijakan belum melihat bahwa pengguna sepeda, terutama, di jalan2 protokol belum terlihat,  atau mungkin terlalu putus asa mencari solusi atas semua kesemrawutan dan kebijakan saarana transportasi.

Atau mungkin seperti saya baca di beberapa tulisan bahwa ada stigma bahwa pengguna sepeda identik dengan kelas bawah jadi tidak perlu di prioritaskan, sehingga kemudian muncullah kebijakan yg sesaat dan  diskriminatif dg dibangunnya jalan-layang, underpass bukan kebijakan atau rencana yang jelas dan
terprogram dengan baik.

Mungkin itu juga yang membuat beberapa dari pengguna sepeda harus berjibaku dan berebut jalan yang  semakin sempit sehingga terabaikan dan tidak terlindungi, sementara pengguna kendaraan bermotor  begitu dilayani dan dimanjakan.

Akhirnya semua kembali kepada yang namanya "WILL" atau kemauan.

Bagi kita pengguna sepeda, ada atau tidak BikeLane bukan merupakan suatu penghalang untuk tetap bersepeda.
Bagi pembuat kebijakan sudah saatnya berpikir "out of the box" bahwa semua kesemrawutan saat ini adalah akibat dari kebijakan yang salah.

Intinya adalah semua jalan, baik itu jalan kampung, jalan protokol adalah ruang publik, jadi semua penggunanya harus dapat menggunakannya dengan nyaman dan tentunya aman dan terlindungi. Dan kita berharap pada akhirnya pengatur kebijakan mulai berusaha mengakomodasi semua penggunanya.

Jadi sebelum BikeLane terwujud, mari kita bikin sendiri BikeLane di benak kita sendiri, anggap saja jalan yang kita lalui setiap hari dengan bersepeda  adalah BikeLane yang entah 1 , 2 atau 30 tahun lagi bisa terwujud.

let's PUT the FUN between your LEGS and Share The Road.

Salam Gowes
denmpoer

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun