Saat ia mengirim artikel "Lain Barang Lain Cerita" di platform blog Retizen Republika, ia sempet menulis "Mohon maaf jika kurang berkenan". Ia pikir saya akan marah, justru saya senang. Kritik harus membuat saya instrospeksi agar lebih berhati-hati memilih diksi.
Selain mengkoreksi masalah typo kata, ejaan yang kurang tepat juga kerap ia lontarkan. Lagi-lagi saya tidak marah, saya senang, ia lebih perhatian dari saya . Harusnya saya membacanya tiga kali sebelum saya terbitkan artikel tersebut.
Model kritikan kayak Pak Toto ini agak jarang saya temukan. Hanya ia yang berani japri saya karena tulisan typo dan salah ejaan.