Mohon tunggu...
KOMENTAR
Trip Pilihan

Masjid Nabawi di Pagi Hari

19 Desember 2023   22:04 Diperbarui: 19 Desember 2023   22:09 200 2


Masjid Nabawi di pagi hari. Di salah satu ruang tempat shalat, terlihat orang duduk dalam barisan yang rapih sedang menghadapi kertas.

Ketika ditanyakan kepada seorang yang terlihat seperti pengawas, dia menjawab kalau mereka sedang melaksanakan imtihan atau ujian bagi santri senior Ma'had Haramain.

Sepertinya Masjidil Haram memang sedang melaksanakan berbagai rangkaian ujian. Karena beberapa Minggu lalu ada berita bahwa Masjid Nabawi sedang mengadakan seleksi penerimaan santri baru Masjid Nabawi.

Seperti juga Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi juga mempunyai semacam Pesantren atau perguruan tinggi yang fokus mempelajari ilmu-ilmu keislaman. Bila kita membaca informasinya, syarat masuk ke Pesantren ini terlihat ketat. Selain harus sudah mempunyai kemampuan Bahasa Arab yang mapan, juga mesti sudah hafal beberapa Juz Al-Qur'an.

Namun pagi ini Masjid Nabawi tidak hanya berisi para santri yang sedang ujian, tapi juga terlihat ada sekelompok orang yang sedang belajar kepada seseorang. Berkelompok-kelompok di tiap tiang masjid.

Melihat ini, saya teringat orang tua kita dahulu ketika belajar Islam. Masjidil Haram di Makkah dan Madinah menjadi tujuan belajar mereka. Di tiang-tiang Masjid tersebut, ada guru yang membimbing para muridnya.

Hal yang patut dicatat adalah bahwa para guru dan murid yang berkumpul di salah satu tiang Masjid, mereka memiliki keahlian sendiri. Seperti guru yang menguasai Mazhab Syafi'i, Hambali, Maliki, atau Hanafi. Jadi murid yang ingin Mazhab tertentu, tinggal datang ke salah satu tiang Masjid saja.

Salah satu pakar Fiqih Mazhab Syafi'i dari Indonesia yang menjadi guru di Masjidil Haram adalah Syekh Ahmad Khatib. Pamannya Diplomat ulung era kemerdekaan, Haji Agus Salim. Syekh Ahmad Khatib yang juga ditahbiskan menjadi Imam Besar di Masjidil Haram, adalah tempat-tempat para pencari Ilmu dari Indonesia yang berangkat ke Mekkah untuk mendalami pemikiran Imam Syafi'i. Seperti pendiri Muhamadiyyah dan NU, Kyai Ahmad Dahlan dan Kyai Hasyim Asy'ari.

Bisa dikatakan bahwa waktu itu Makkah dan Madinah adalah kiblat orang Indonesia dalam mempelajari Islam.

Namun waktu itu terjadi konstelasi politik yang cukup mengguncang Jazirah Arab. Termasuk diantaranya Tanah Hijaz tempat Makkah dan Madinah berada. Tokoh-tokoh Hijaz dan Najd ingin melepaskan diri dari Ottoman Turki yang selama ini menguasai mereka.

Karena situasi yang tidak kondusif inilah orang Indonesia pun mencari wilayah baru untuk belajar Islam. Karena mendengar Al-Azhar di Kairo juga memiliki reputasi yang sangat baik dalam mengkaji Islam, orang Indonesia pun pindah belajar Islam ke Kairo Mesir.

Mengenai Kairo Mesir yang menjadi tempat baru orang Indonesia mempelajari Islam, sampai sekarang ada pendapat yang mengatakan bahwa ada dua negara di dunia yang mempunyai pengaruh kuat dalam membentuk identitas keislaman dan keindonesiaan di masa kemerdekaan. Kedua negara itu adalah Mesir dan Belanda. Karena alumni dari kedua negara itu banyak terlibat aktif dalam perjuangan keislaman dan keindonesiaan.

Namun hal menarik dari Mesir sebagai negara baru tempat belajar adalah orang Indonesia yang tidak melupakan Arab Saudi sebagai tempat belajar Islam. Arab Saudi dan Mesir adalah diantara negara tujuan orang Indonesia belajar Islam.

Hal ini berbeda dengan beberapa negara tetangganya yang hanya menganjurkan Mesir sebagai tempat belajar agama, tidak dengan Saudi.

Madinah
19 Desember 2023

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun