Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Deoxyribo Nucleid Acid Perguruan Thawalib Padang Panjang: Lintasan Pemikiran Atas Almamater

20 Juni 2020   07:23 Diperbarui: 20 Juni 2020   07:31 119 3
Deoxyribo Nucleic Acid Thawalib Padang Panjang:
Lintasan Pemikiran Atas Almamater

Mulanya adalah pengajian tradisional di Surau Jembatan Besi Padang Panjang di akhir abad 19. Pengajian surau yang sekarang dikenal sebagai Masjid Jembes, Masjid Jembatan Besi, para murid berkumpul mengelilingi guru nya. Tidak ada kelas, tidak ada pembatasan umur juga tidak ada kurikulum. Semua murid, semua umur berkumpul bersama mengkaji satu kitab dibawah bimbingan seorang guru.

Pola tradisionil ini sepertinya menjadi bahan pemikiran beberapa tokoh. Abdul Karim Amarullah, Abdullah Ahmad, dan Zaenuddin Labay El Yunisi mempunyai ide untuk mereformasinya. Memasuki abad 20, tahun 1911, ketiganya lalu memperkenalkan sistem pendidikan terbaru. Dalam sistem baru, diperkenalkan sistem kelas, ranking, juga kurikulum dibawah nama Perguruan Thawalib Padang Panjang.

Meski mungkin tidak akurat dan terkesan berlebih-lebihan, Sunil Soraya dalam film Tenggelamnya Kapal van der Wijk, menggambarkan kemodernan Thawalib Padang Panjang dalam bentuk santrinya yang sedang menerima raport dan berpakaian Jas. Tenggelamnya Kapal van der Wijk sendiri adalah adaptasi dari Novel berjudul sama karangan Buya Hamka, anak dari Abdul Karim Amarullah pendiri Thawalib. Dalam Novel itu, Buya Hamka menyematkan Zainudin sebagai pemuda ahli Agama lulusan Pesantren Thawalib.

Pastinya akan ada banyak tafsir spekulatif kenapa sistem ini menjadi landasan utama. Karena pendirinya adalah para agamawan, bisa jadi pendekatan sistem ini adalah manifestasi pemahaman pendirinya pada Quran Surat As-Shaf ayat 4 yang mengingatkan bahwa: "Innallha yuibbullana yuqtilna f sablih affang ka`annahum bun-ynum mar", Bahwa Allah itu menyukai hambanya yang berperang di jalan-Nya dengan cara berbaris rapi seperti bangunan kokoh yang saling menguatkan satu dengan lainnya.

Bisa juga ada tafsir spekulatif lainnya. Bahwa pendekatan sistem ini diambil dari sejarah perjuangan umat Islam masa Nabi dan masa-masa awal pasca Nabi meninggal. Dimana menurut banyak sejarawan, karakter dasar perjuangan Islam pada waktu itu adalah adanya pengorganisasian yang tertata dengan rapi dan sistematis.

Lepas dari ragam tafsir yang muncul, berpuluh tahun kemudian pentingnya pendekatan sistem ini mendapat rujukan secara teoritik. Ada banyak riset dari universitas di Barat tentang pentingnya pendekatan sistem dalam mencetak manusia unggul. Misalnya seperti ketika Beatrice G. Schultz dalam bukunya Communicating in The Small Group mengurai teori-teori Leadership.

Menurut Schultz, awalnya para akademisi mencoba meneliti para pemimpin dunia seperti Napoleon Bonaparte, Hitler untuk melihat seperti apakah pemimpin itu. Akhir dari penelitian ini menyimpulkan bahwa seorang pemimpin itu tidak mempunyai ciri dasar yang menjadi pegangan. Berperawakan tinggi dan gagah memang akan melahirkan penghargaan bagi khalayak banyak. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun