[caption id="" align="aligncenter" width="399" caption="Perbatasan Negara di Distrik Sota, Merauke"][/caption] Berada di Kota Merauke, sebuah Kabupaten yang terletak di ujung Timur Indonesia, yang terencana sejak awal tentunya, “Harus sempatkan lihat perbatasan!”. Tanya sana dan tanya sini, plus
searching sama Mbah
Google, hasilnya, “Ah, gak terlalu jauh kok! Masih sempat. Yuk ke sana!”. Sasarannya sudah jelas, menuju Perbatasan antara Indonesia dan Negara Papua New Guinea (PNG) di Distrik Sota, Merauke. Tujuannya sudah pasti, untuk memuaskan keinginan melihat dari dekat Tugu Nol Kilometer atau yang lebih dikenal dengan Tugu Kembar Sabang-Merauke. Tugu tersebut memang merupakan kembaran dari tugu yang sama yang berada di Sabang. Wujudnya identik satu sama lain walaupun terpisah oleh jarak kurang lebih 5.200 km. Untuk menjangkau kawasan perbatasan negara di Distrik Sota, diperlukan waktu berkendara mobil sekitar 1,5 jam. Tidak perlu khawatir. Perjalanan tidak akan membosankan. Kita akan melewati Taman Nasional Wasur yang kaya dengan keanekaragaman hayati dan dapat mampir sejenak di sana. Di sepanjang perjalanan, banyak terdapat rumah semut atau lebih tepatnya istana rayap, yang dikenal dengan nama Musamus. Cerita tentang Musamus dapat dibaca di tulisan
Memupuk Kebersamaan dan Tekad yang Kuat seperti Musamus dari Merauke. [caption id="" align="aligncenter" width="401" caption="Tugu Kembar Sabang-Merauke, di Distrik Sota, Merauke"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="398" caption="Bersama Yonif 320 di Pos Perbatasan di Distrik Sota, Merauke"][/caption] Memasuki kawasan perbatasan di Distrik Sota, kita disambut dengan Gerbang besar bertuliskan, “Good Bye and See You Again Another Day”. Terlihat sebuah pos lintas batas. Kebetulan Yonif 320 yang tengah mendapatkan giliran bertugas. Sambutan mereka sangat ramah. Umumnya berasal dari Pulau Jawa. Ada yang dari Subang, Indramayu, Tegal dan beberapa kota lainnya. Mereka senang bila ada yang berkunjung, Wajar bila rasa bosan terkadang melanda mereka. Listrik saja belum optimal 24 jam nyala. Sempat ngobrol sebentar. Ternyata mereka telah tinggal di sana kurang lebih sekitar 3 bulan. Mereka terbagi ke dalam beberapa shift, bergiliran jaga. Diperlukan 12 personil dalam sekali turun untuk menyisir dan melakukan pengecekan di sepanjang kawasan perbatasan di Distrik Sota. [caption id="" align="aligncenter" width="278" caption="Tugu yang menunjukkan Koordinat di Taman Merah Putih"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="397" caption="Tulisan pengobar semangat persatuan, di Distrik Sota, Merauke"][/caption] Distrik Sota di Merauke merupakan salah satu kawasan perbatasan negara di antara banyak kawasan perbatasan negara di Indonesia. Penanda perbatasan di Distrik Sota, selain berupa Tugu Kembar Sabang-Merauke yang terdapat di persimpangan jalan, juga berupa Tugu yang terletak di sebuah taman sederhana yang biasa disebut Taman Sota atau Taman Merah Putih. Bentuk tamannya sederhana, namun cukup rapi. Taman ini tidak terlepas dari jasa seorang polisi bernama Ipda Ma’ruf yang merawat daerah tersebut sejak 2005. Seorang penjaga di Pos Lintas Batas menunjukkan sebuah warung di seberang Pos Lintas Batas yang merupakan milik Ipda Ma’ruf. Dinamakan Taman Merah Putih karena setiap sudut taman didominasi oleh warna merah dan putih. Terdapat beberapa tugu yang bertuliskan kata-kata pengobar semangat atau kata-kata pemersatu, seperti, “Bahasa Indonesia Penjaga Persatuan dan Kesatuan NKRI” yang terdapat di depan bendera merah putih atau tulisan “Aku Cinta Indonesia, Izakod Bekai Izakod Kai”. Artinya, Aku Cinta Indonesia, Satu Hati Satu Tujuan. Terasa sekali di setiap sudut taman seakan ditebarkan nuansa dan suasana cinta Indonesia. [caption id="" align="aligncenter" width="395" caption="Penjual Buah-buahan di dekat Tugu Kembar, Merauke"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="395" caption="Sirih, Pinang, Kapur, dan buah-buahan yang dijajakan di dekat Tugu Kembar, Merauke"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="310" caption="Membuat tas dari bulu burung cenderawasih, di Sota, Merauke"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="301" caption="Tas yang terbuat dari anyaman dan hiasan bulu burung cenderawasih"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="403" caption="Menunggu kios sambil meninabobokan anaknya"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="291" caption="Sagu siap masak beserta umbi keladi dan buah jeruk"][/caption] Puas mengagumi Taman Merah Putih, waktunya kembali ke Kota Merauke. Kami lewati kembali Tugu Kembar Sabang-Merauke. Tidak terlalu jauh dari Tugu, terlihat beberapa kios yang menjual buah maupun makanan khas Merauke. Kios-kiosnya sederhana, bahkan terkesan seadanya. Dagangan hanya ditumpuk di meja kayu/papan atau bahkan ada yang cukup dengan menggelar alas plastik seadanya. Pemilik kios tidak terlalu perduli, jual buah-buahan, madu hutan, dan souvenir bisa dalam satu meja yang sama. Ada sagu yang telah dibersihkan sehingga siap untuk diolah menjadi makanan. Tinggal proses pencampuran dengan air panas atau air hangat. Terlihat pula pinang dan sirih yang seakan tidak pernah lepas dari kehidupan suku asli Merauke. Menunggu kios dapat dilakukan sambil membuat tas tradisional yang terbuat dari bulu burung cenderawasih atau sambil meninabobokan anaknya. Penasaran ingin menengok langsung Perbatasan Sota? Tidak ada salahnya jika berkesempatan ke Merauke, untuk melihat dari dekat kawasan perbatasan, lengkap dengan Tugu Kembar Sabang-Merauke, Taman Merah Putih, dan kehidupan masyarakat di sana. Salam. (Del)
KEMBALI KE ARTIKEL