Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Pilihan

Bermain Air di Wisata Alam Curug Cigamea, Bogor

31 Juli 2014   18:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:46 3310 7
Bagaimana jadinya bila sekumpulan orang dalam jumlah banyak memiliki pemikiran yang sama? Apa yang akan terjadi andai ratusan orang memiliki strategi yang sama? Sukseskah strategi tersebut? Yang jelas, hasilnya adalah kemacetan. Setidaknya, itu yang terjadi di hari pertama Idul Fitri dua hari yang lalu. Ide untuk melakukan refreshing ke Puncak di hari pertama Lebaran, saat umat Muslim melakukan Shalat Ied, ternyata tidak berhasil sama sekali. Kami sekeluarga sudah berada di Bogor dari H-1 Lebaran. Terbersit di benak, “Asyik juga kayaknya kalau ke Puncak pas subuh di Hari Lebaran, pasti masih sepi….”. Ternyata ide yang sama mungkin menghampiri orang lain pula. Hasilnya sudah jelas…macet… Kadung sudah keluar rumah, tak elok rasanya bila hasilnya hampa. Yang perlu dilakukan hanya mengganti tujuan, “Tapi enaknya ke mana ya…..?”. Anak-anak saling urun usul, “Ke curug yuk!”. Sepakat. Keluar pintu tol Ciawi, balik arah, kembali ke Bogor. Sebuah keputusan yang tepat. Menurut kabar, Puncak macet total. [caption id="attachment_2356" align="aligncenter" width="300" caption="Panorama dari pintu masuk Curug Cigamea"][/caption] [caption id="attachment_2357" align="aligncenter" width="300" caption="Hutan di sekitar Curug Cigamea"][/caption] Tujuan sudah ditetapkan. Mari kita wisata curug atau wisata air terjun. Tidak perlu lokasi yang terlalu jauh. Bogor memiliki banyak curug yang dapat disambangi. Lokasinya masih di seputar Gunung Salak dan Gunung Bunder. Di kawasan ini terdapat beberapa curug, antara lain Curuk Cigamea, Curug Ngumpet, Curug Seribu, Curug Nangka, Curug Luhur, Curug Sawer, Curug Pangeran, Curug Cikuray, dan Curug Luhur. Mungkin masih ada lagi curug lain. Hanya, berdasarkan selebaran yang dibagikan beserta bukti tiket masuk kawasan, setidaknya curug-curug itulah yang ada di Kawasan Gunung Salak. Tak ketinggalan, ada pula objek wisata Kawah Ratu yang masih berada di kawasan tersebut. Curug Cigamea dapat dijangkau dari arah Ciapus melewati kampus IPB Dramaga, lanjut hingga kawasan Gunung Bunder melewati Cibatok. Atau dapat pula melalui pintu masuk Pamijahan. Curug Cigamea berada di Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Jaraknya sekitar 40 km dari pusat Kota Bogor. Kami masuk lewat pintu gerbang Kawasan Wisata Gunung Salak Endah. Tak perlu khawatir, untuk menuju ke sana sudah ada penunjuk arah di sepanjang jalan. [caption id="attachment_2358" align="aligncenter" width="168" caption="Deretan tangga menuju Curug Cigamea"][/caption] [caption id="attachment_2359" align="aligncenter" width="225" caption="Beberapa kios di sepanjang jalan menuju Curug Cigamea"][/caption] Curug Cigamea merupakan curug pertama yang kami temui selepas pintu gerbang Kawasan Wisata Gunung Salak Endah. Dari pintu masuk Curug Cigamea, masih perlu jalan kaki menuruni tangga kira-kira sekitar 350 m. Jalan menuju curug masih berupa jalan setapak yang terbuat dari batu yang disusun membentuk anak tangga. Kondisi jalannya cukup baik. Untuk keamanan, sepanjang anak tangga diberi pembatas berupa pagar besi. Di sepanjang jalan, sudah ada beberapa warung dan tempat singgah untuk sejenak melepas lelah. Air terjun Cigamea sesekali nampak di kejauhan, seakan memanggil dan memberi semangat. Bila tidak siap membawa pakaian ganti, di sepanjang jalan menuju curug juga telah ada penjual pakaian. Bahkan ada pula tempat terapi ikan, yaitu membiarkan kaki digigit ikan-ikan kecil. [caption id="attachment_2360" align="aligncenter" width="168" caption="Curug yang pertama"][/caption] [caption id="attachment_2361" align="aligncenter" width="168" caption="Di depan curug yang pertama"][/caption] [caption id="attachment_2362" align="aligncenter" width="225" caption="Bermain di antara batu-batu besar"][/caption] [caption id="attachment_2363" align="aligncenter" width="225" caption="di antara batu-batu besar"][/caption] [caption id="attachment_2364" align="aligncenter" width="168" caption="Curug yang kedua"][/caption] [caption id="attachment_2365" align="aligncenter" width="168" caption="Di depan curug yang ke dua"][/caption] Dari jauh terlihat bahwa ternyata Curug Cigamea memiliki dua buah air terjun utama. Walau memiliki dua air terjun, keduanya memiliki ciri yang berbeda. Air terjun yang pertama memiliki dinding berupa bebatuan hitam dan kolam di bawahnya tidak terlalu luas dan tidak terlalu dalam. Pengunjung tidak dapat berenang di sana. Terdapat batu-batu yang cukup besar dan merupakan kebanggaan tersendiri bila dapat memanjatnya. Air terjun yang kedua memiliki dinding berwarna coklat dan hijau lumut. Kolam airnya cukup dalam. Anak-anak seru bermain air di pinggiran. Sedikit ngeri juga bila mendekat ke air terjunnya karena dindingnya yang lumayan curam. Di beberapa spot, terdapat tulisan, “Hati-hati, rawan longsor”. [caption id="attachment_2366" align="aligncenter" width="300" caption="Air yang begitu jernih"][/caption] Namun, terdapat kesamaan antara kedua air terjun di Cigamea. Keduanya sama-sama menarik jika dijadikan latar belakang untuk berfoto ria. Kebetulan, tidak terlalu banyak pengunjung yang datang ke sana. Mungkin karena masih hari pertama Lebaran. Anak-anak seru bermain air di pinggiran. Airnya sangat jernih dan dingin. [caption id="attachment_2367" align="aligncenter" width="225" caption="Pintu masuk menuju Kawah Ratu"][/caption] [caption id="attachment_2368" align="aligncenter" width="225" caption="Di tengah perjalanan menuju Kawah Ratu"][/caption] [caption id="attachment_2369" align="aligncenter" width="225" caption="Bermain di alam"][/caption] [caption id="attachment_2370" align="aligncenter" width="225" caption="perjalanan yang tidak mudah"][/caption] [caption id="attachment_2371" align="aligncenter" width="300" caption="Hati-hati terperosok..."][/caption] [caption id="attachment_2372" align="aligncenter" width="225" caption="Masih asyik mengeksplorasi sekitar"][/caption] Waktunya untuk pindah lokasi. Masih banyak objek yang dapat dikunjungi selain Curug Cigamea. Poling menentukan bahwa tujuan selanjutnya adalah Kawah Ratu. Di pintu masuk menuju Kawah Ratu, terdapat beberapa warung penjual Indomie Rebus, jagung bakar, dan nasi goreng. Kami tanya, “Berapa jarak ke Kawah Ratu? Jawabnya, “Sekitar 4 km”. Ternyata…. Hehehe… Seharusnya kami ingat rumus orang daerah. Empat kilometer orang setempat berbeda standarnya. Bisa jadi jauh berbeda. Akhirnya, setelah 1,5 jam jalan kaki melalui jalan setapak berbatu bahkan melewati jalan air, melintas sungai kecil, dan beragam rintangan kecil lainnya, kami putuskan untuk kembali ke warung semula. Hari sudah mulai condong ke barat. Ujungnya, sudah dapat ditebak. Kembali ke warung dan pesan indomie rebus dan jagung bakar. Indomie di pegunungan rasanya jauh lebih lezat dibandingkan di rumah. Tapi tidak ada yang sia-sia. Anak-anak tetap bergembira dan menikmati alam yang masih hijau. Ada yang dapat kita petik dari perjalanan ini. Tujuan wisata tidak menjadi hal yang paling penting. Keindahan dalam kebersamaan jauh lebih penting. Wisata menjadi jauh lebih bernilai ketika setiap individunya dapat menikmatinya. (Del)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun