Pada sebuah pagi berkabut, 5 Agustus, 2009, di tepi jalan Desa Ngadisari, saya berbincang santai dengan seorang pemuda Tengger bernama Handi. Pemuda berumur 27 tahun ini mengenakan jaket ketat yang sedang populer, celana jeans, topi, sembari menyelempangkan sarung di lehernya.
KEMBALI KE ARTIKEL