"Akulah dingin!
Kuterobos jendela-jendela pemimpi
Kubuat kering air liur pemalas
Di balik dinding lembab kubersembunyi
Menghitung detik
Membaca alur
Membangun cerita:
Pada masa lalu akulah musuh sekaligus kawan para utusan Tuhan.
Di balik dinding gelap
Kau sebut aku racun
Memakan waktu
Menikam jam
Menjerat menit
Menculik detik
Lalu, pada setiap lembar hitam-putih,
Kau tulis namaku sebagai obat rangsang
Memaksamu masuk kamar-kamar lacur...
Hey, akulah dingin!
Selama kau temui aku dalam bentuk angin
Ajal 'kan menerpamu tanpa main-main.."
SEMI:
"Akulah semi!
Dalam telanjang aku mengembang
Merayu mata
Menipu telinga
Memperkosa hidung
Kupantulkan warna-warni surgawi yang katamu sedap di mata.
Ah, kemana pergi kawanan kupu-kupu?
Seseram badaikah manusia, sehingga kau lari?
Bila benar anginku beraroma tuak
Malam-pun tak kunjung sepi
Siang-pun tak bakal mati
Lalu, dalam sekejap mata anginku melaju:
Sang merah menulis kisah
Si putih mencatat sejarah
Hijau hadirkan antah-berantah
Sementara kuning tak ubah sampah
Hey, hey, hey, akulah semi yang pada setiap lembar hitam-putih
kau sebut sebagai taman ilahi...
Namun celaka!
Benar-benar celaka!
Bila semata angin yang mengerti:
Tanpa duri,
Mustahil mawar seindah itu."
PANAS:
"Akulah panas!
Di negeri Tuhan kau sebut aku neraka
Di dalam celana kau memanggilku surga
Betapa naif nasib manusia
Bila semua terserah bara...
Selalu, di bawah atap menyala
Kubernyanyi
Membakar kulit
Mengutuk hati
Mengundang peluh...
Hey, Akulah panas!
Akulah raja pada setiap masa
Pada gerbang-gerbang sejarah:
Kau melewatiku tanpa kata
Kau berlalu hinggap di luka
Entah kenapa, manusia terus berpacu begitu waktuku tiba...
Dengarlah!
Akulah panas!
Selamanya ganas
Anginku berwujud api
Menantimu mati
Menantimu kembali."
GUGUR:
"Akulah gugur!
Dicampak nyawa
Kembali membumi
Disantap cacing-cacing pertiwi...
Jawab, benarkah malaikat-malaikat tak pernah lepas kendali?
Disinilah hampa
Hanyut segala
Hilang ditelan kota
Sungguh, sepi sekedar melintas
O, Aduhai nafas!
Andaikata kau tetap di sini.
Tak terikat ruang
Tak terbatas waktu
Tiada kubasa-basi:
Kembali lahir
Kembali bersemi
Memang malang...
Teramat malang...
Daun-daun kembali tak bertuan."
O, betapa singkat sejarah anak manusia
Bila angin sepanjang musim berlalu sekedip mata.