Pernah nggak sih kamu ngerasa frustasi waktu ngurus sesuatu di kantor pemerintahan? Antri panjang, prosedur ribet, dan harus bolak-balik cuma buat dapetin satu dokumen. Hal ini sering kali terjadi di berbagai daerah, nggak cuma di kota besar, tapi juga di daerah terpencil. Fenomena ini nggak cuma terjadi di Indonesia, tapi hampir di seluruh dunia. Ada dua teori yang bisa menjelaskan kenapa hal ini terjadi: Size-Maximizing Bureaucracy dan Leviathan Theory. Teori Size-Maximizing Bureaucracy mengatakan bahwa birokrat cenderung memperbesar ukuran dan anggaran lembaganya untuk mendapatkan lebih banyak kekuasaan dan pengaruh. Jadi, semacam makin gede instansinya, makin berasa punya power yang lebih. Buat sebagian orang, ini mungkin kelihatan seperti langkah bagus, karena dengan lembaga yang lebih besar, layanan publik seharusnya bisa lebih baik. Tapi kenyataannya, seringkali malah sebaliknya. Bayangin kamu lagi mau urus KTP. Kalau lembaga pemerintah terlalu besar dan banyak divisi yang harus dilalui, prosesnya jadi ribet dan makan waktu. Kamu harus antri panjang, nunggu lama, dan kadang harus bolak-balik cuma buat urusan yang harusnya bisa selesai dalam sehari. Semua ini bikin masyarakat jadi nggak efektif dan produktif. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar cerita dari teman atau keluarga yang kesulitan ngurus dokumen karena prosedur yang rumit dan birokrasi yang berbelit-belit.
KEMBALI KE ARTIKEL