Sudah menjadi rahasia umum, bahwa anak-anak IPS kerap kali ditempatkan sebagai golongan ke dua di dalam dunia pendidikan di Indonesia. Institusi sekolah beserta tenaga pengajarnya lebih senang membanggakan dan memberi perhatian lebih kepada anak–anak IPA, karena dianggap lebih mampu berprestasi.
Diskriminasi terhadap anak-anak IPS juga terlihat dari keberadaan fasilitas sekolah yang mayoritas lebih ditujukan guna menunjang kegiatan pembelajaran bagi anak-anak IPA, dibanding bagi anak-anak IPS. Cap sebagai anak-anak bodoh dan pembuat masalah seolah melekat pada diri anak-anak IPS, walaupun berusaha dikaburkan.
Padahal, sesungguhnya anak-anak IPS punya hak ditempatkan setara dengan anak-anak IPA, karena baik anak-anak IPA maupun anak-anak IPS punya daya saing yang sama kuatnya. Hanya kemudian, kembali kepada seberapa adil kesempatan yang diberikan bagi anak-anak IPS untuk mengembangan kemampuan dan bakatnya. Layaknya setiap manusia diciptakan dengan talenta dan kepribadian yang unik, anak-anak IPS memiliki karakter yang berbeda dengan anak-anak IPA, yang cenderung tenang dan penuh perhatian. Hal ini membuat mereka membutuhkan sistem pembelajaran yang berbeda pula dengan anak-anak IPA. Yaitu suatu sistem pembelajaran yang aktif dan komunikatif, sesuai dengan jiwa sosial yang mereka miliki.
Mereka butuh wadah yang mampu menjadi tempat mengekspresikan diri secara kreatif dan independen. Pertanyaannya kemudian, mampukah intitusi sekolah menjadi wadah bagi anak-anak IPS yang juga merupakan calon-calon pemimpin bangsa? Metode-metode pembelajaran seperti apa yang dapat menunjang pengembangan diri anak-anak IPS, sehingga mampu membuktikan kepada masyarakat luas bahwa mereka juga adalah putra-putri bangsa yang penuh prestasi?
Disini saya mencoba untuk menyarankan beberapa metode pembelajaran, yang saya harapkan mampu membuat pelajaran IPS menjadi suatu pelajaran yang lebih menarik. Ketika suatu pelajaran menjadi menarik, maka minat siswa untuk mengikuti pelajaran akan meningkat, sehingga siswa diharapkan dapat menerima dan menyerap materi pelajaran dengan lebih efektif, yang kemudian berdampak pada suatu pencapaian prestasi.
Tentunya, anda dan saya setuju bahwa pelajaran ekonomi dan akuntansi adalah pelajaran – pelajaran yang sifatnya monoton dan tidak kreatif. Mengapa saya katakan monoton dan tidak kreatif? Saya mencoba membayangkan ketika kita membuat suatu laporan laba rugi, sejak dulu sampai sekarang laporan laba rugi tidak pernah berisi hal lain selain pendapatan dan beban. Kemudian saya mencoba membayangkan jika anda berusaha kreatif di dalam membuat suatu laporan laba rugi, kemudian anda menambahkan gambar-gambar lucu di dalam laporan tersebut atau menambahkan warna pada tulisannya,tentu itu akan menjadi hal yang salah karena menyalahi aturan.
Itulah mengapa saya menggambarkan kedua pelajaran tersebut sebagai pelajaran yang sifatnya monoton dan tidak kreatif, karena terikat dengan sebuah aturan baku yang mustahil untuk diubah dan dilanggar. Sehingga terkadang berdampak pada ketidaktertarikan siswa terhadap kedua pelajaran tersebut. Tetapi bukan berarti kita tidak mampu mensiasati kedua pelajaran yang sifatnya monoton dan tidak kreatif itu, menjadi pelajaran yang lebih menarik dan sedikit lebih kreatif.
Disini saya mencoba menawarkan sebuah metode pembelajaran, dimana siswa diajak untuk mengorganisir sebuah acara. Siswa akan belajar menerapkan prinsip-prinsip ekonomi dan akuntansi yang telah mereka dapatkan. Mulai dari proses perencanan acara, manajemen acara, sampai dengan pembuatan laporan pertanggungjawaban keuangan dari acara tersebut. Di sisi lain siswa juga belajar prinsip-prinsip kerjasama dalam mensukseskan sebuah acara.
Sejarah adalah ilmu yang terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Kalau kita sedikit bernostalgia, ketika masih SD, guru kita mengajarkan bahwa yang menjadi dalang peristiwa gerakan 30 september 1965 adalah PKI. Tapi kemudian seiring berjalannya dengan waktu, muncul analisa-analisa baru yang justru menunjukkan bahwa belum tentu PKI yang menjadi dalang dari peristiwa G 30 S tersebut. Ini menunjukkan bahwa ilmu sejarah terus mengalami perkembangan. Karena itu sangatlah penting untuk kita terus memperbaharui dan menambah pengetahuan sejarah yang dimiliki.
Untuk itu saya mencoba menyarankan metode pembelajaran sejarah dengan melakukan kunjungan ke tempat-tempat bersejarah. Lewat kunjungan tersebut siswa dapat menyaksikan secara langsung, berbagai peninggalan bersejarah yang bermanfaat menambah pengetahuan sejarah yang mungkin tidak mereka dapatkan di buku.
Geografi kerap kali tampil sebagai pelajaran yang paling menakutkan bagi sebagian besar siswa IPS. Tapi pernahkah kita berpikir, dibalik momok yang menakutkan tersebut sebenarnya apa tujuan kita belajar geografi? Tujuannya tak lain untuk memperkenalkan dan menanamkan rasa cinta terhadap alam. Untuk tujuan tersebut saya mencoba menawarkan sebuah metode pembelajaran dimana siswa diajak untuk melakukan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan alam, seperti hiking, arung jeram, dan kampanye global warming sebagai wujud dari kecintaan terhadap alam.
Sosiologi adalah ilmu yang belajar mengenai segala hal tentang masyarakat. Untuk itu saya menyarankan sebuah metode pembelajaran dimana siswa ditempatkan ke rumah – rumah penduduk yang ada di pedalaman ( misalnya suku baduy ) selama beberapa hari. Disini siswa dapat belajar keluar dari kenyamanannya, dan belajar bagaimana menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan masyarakat yang sifatnya heterogen dan beragam. Kegiatan semacam ini juga dapat memberikan pengalaman hidup yang berharga dan mampu mendewasakan siswa.
Tentunya anda pernah mendengar ungkapan yang bunyinya “ buku adalah jendela dunia “ yang artinya lewat buku kita dapat menyaksikan segala hal yang ada di dunia ini tanpa batas ruang maupun waktu. Untuk itu saya memilih kegiatan bedah buku sebagai metode pembelajaran yang saya tawarkan dalam pelajaran bahasa. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan siswa dapat terus menambah pengetahuan mereka, karena pengetahuan adalah kunci keberhasilan siswa IPS. Itulah sekuel metode pembelajaran yang dapat saya tawarkan bagi siswa program IPS, semoga bermanfaat. (Deirdre Tenawin)