Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Asemnya Asemka

15 Juli 2011   08:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:39 3827 0

Asemka dibangun tahun 1989. Bersamaan dengan dibangunnya ITC Mangga Dua. Awalnya pusat perdagangan grosir berada di pasar pagi, namun karena para pedagang digusur maka asemka dan ITC mangga Dua pun akhirnya dibangun sebagai tempat relokasi pedagang. Pembangunan ITC Mangga Dua ternyata selesai lebih cepat, sehingga kebanyakan pedagang yang awalnya berdagang di pasar pagi kemudian beralih ke ITC Mangga Dua. Pasar Asemka pun terbengkalai, dan tidak terpakai. Bangunannya dibiarkan kosong hingga bertahun-tahun. Sampai pada akhirnya ditempati oleh pedagang-pedagang baru seiring dengan waktu dan bangkit kembali.

Para pedagang ini kebanyakan menjajakan barang-barang made in china. Mulai dari aksesoris-aksesoris, perlengkapan sekolah, mainan anak-anak, pakaian, dan barang-barang lainnya. Barang-barang yang dijajakan sering kali kita temui di toko-toko aksesoris di mall-mall, namun dijual dengan harga yang jauh lebih murah.

Pasar asemka aktif dari pukul 7 pagi sampai 4 sore. Pukul 7 pagi para pedagang sudah berdatangan dan menata dagangannya. “Yang dari luar kota datangnya pagi. Kebanyakan pedagang keliling.” Tutur Alvi(40), salah satu penjaga toko di lantai 1. Alvi mengaku dalam sehari omset yang didapatkan tidak menentu, tergantung pada momen-momen tertentu. Misalnya momen lebaran. Jika sedang ramai pengunjung, omsetnya bisa mencapai 30 juta rupiah dalam sehari sedangkan di saat sepi, omsetnya hanya berkisar 7 juta rupiah saja. Kebanyakan pendapatan berasal dari pesanan luar kota.

Pasar Asemka terdiri dari 7 lantai. Lantai basement sampai lantai 2 digunakan sebagai tempat berjualan. Lantai basement merupakan tempat pedagang eceran sedangkan lantai 1 dan 2 digunakan oleh pedagang grossan. Lantai5 sampai 7 dijadikan tempat parkir. Sedangkan lantai 3 dan 4 kebanyakan dijadikan gudang. Kondisi bangunan tampak tidak terawat . Terutama di lantai 3 sampai 7 yang selalu sepi dan hanya disinari sinar matahari tanpa ada penerang tambahan. Keadaan ini sangat disayangkan, padahal jika dipelihara dengan baik, lantai-lantai yang kosong ini dapat difungsikan lebih maksimal untuk kegiatan perdagangan.

Keadaan tidak jauh berbeda di lantai bawah, di mana transaksi dagang berlangsung. Coretan di tembok bisa ditemui di mana-mana. Kondisinya cukup crowded. Pemilik kios umumnya hanya merawat kiosnya masing-masing, terlihat dari ubin-ubin yang dipasang oleh masing-masing pemilik kios yang hanya sampai 3 lantai terluar kios. Lantai di luarnya tentu hanya beton biasa. Padahal keberadaan mereka di Pasar Asemka tidak gratis. Ada badan yang menarik pungutan setiap bulannya, tetapi seolah-olah tidak ada yang bertanggungjawab untuk melakukan perawatan terhadap gedung tersebut. Walau begitu, para pemilik kios mengaku tidak merasa terganggu, sebab keadaan bangunan sama sekali tidak mempengaruhi pendapatan mereka. Begitupun dengan para pembeli yang tetap asyik berbelanja dan menikmati murahnya harga barang-barang yang dijual di sana.

Ditulis oleh : Deirdre Tenawin

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun