21 april. Selebrasi kelahiran kartini masih cukup kental. Di setiap kota, para perempuan yang menganggap dirinya bagian dari ‘kartini modern” sibuk merayakan dengan memakai kebaya, kain batik panjang, rambut di gulung. kegiatan kultural tersebut rupanya menimbulkan rasa bangga bahwa perempuan sekarang telah dianggap merdeka karena telah berpendidikan, tidak lagi di pingit dan dipaksa kawin seperti yang telah dialami oleh kartini di zaman nya. Sehingga selesailah segala yang dipersoalkan sebagai persoalan perempuan di bumi ini?
Sungguh Sangat disayangkan jika Pemahaman dan penghargaan atas kartini hanya sebatas pemujaan peninggalan busana putri suci masa lampau atau hanya dipadang dalam sudut pandang perempuan yang ingin merdeka dari kukungan ranah domestik. Padahal jika kita ingin menilisik lebih jauh siapa kartini, ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari perempuan yang menolak dipanggil raden ajeng ini.
Kartini ditengah kekuasaan feodal dan kolonial
“berada selama lamanya dengan rakyat bekerja untuk mereka” demikian kutipan kecil dari surat surat kartini sebagai titik tolak memahami kartini terhadap kecintaan dan semangat juang kartini yang begitu besar untuk rakyatnya.
Dari balik penjara dinding tebal kekuasaan kabupaten, ayahnya menduduki tempat tertinggi sebagai pusat kehidupan yang tidak terganggu oleh apapun ia menjadi dewa sesuai dengan tata hidup dengan nilai nilai feodal yang keras, ayah kartini yang berhak atas dirinya dari siapapun, tetapi belanda berhak atas ayahnya sebagai kaki tangan untuk memastikan penguasaan sumber penghidupan di tanah pribumi sehingga kartini dikuasai oleh dua kekuasaan : feodalisme dan kolonialisme.
Dalam segala tekanan tersebut, kartini tak henti henti menyampaikan rasa penderitaan nya melalui tulisan dan juga surat nya kepada estella zeehandelar seorang sahabat pena kartini di belanda. betapa sering ia memikirkan penderitaan rakyatnya yang harus menderita karena miskin akibat kehilangan lahan karena harus diserahkan kepada kolonial belanda bahkan juga pribumi dipaksa bekerja seperti hewan untuk menghasilkan komoditi bagi kolonial, dan dibalik produktivitas itu ada sekian puluh ribu perempuan yang juga didatangkan dari jawa untuk melayani seksual para laki laki yang bekerja di perkebunan tersebut, tak terkecuali orang belanda.
Dizaman itu, anak anak perempuan di haruskan tetap di rumah, mereka tidak bersekolah, diam dirumah dan belajar bagaimana menjadi istri yang baik lalu menunggu pinangan dari siappun yang di ijinkan oleh ayahnya.
selain itu, tak banyak yang tahu bahwa kartini mempunyai sejarah panjang membela kesenian rakyat yaitu ukiran jepara serta cabang cabang seni rakyat lain nya, kartini melakukan tugas kampaye publikasi tentang jepara dengan seni ukir kayunya. Berikut kutipan tulisan nya
“ ada terjadi perusakan perusakan didalam industri seni ukir jakarta, karena putri putri amtenar tingggi pribumi terus menerus mendorong dorong para pengukir itu bekerja menurut model dan motif eropa.”
Kartini berjuang agar pola ukiran yang dipergunakan dengan menghidari sama sekali pengaruh dari eropa dan hasil usahanya tersebut telah menghidupkan seni rakyat yang hampir punah, kartini telah mengangkat derajat seniman, dan meningkatkan pendapatan ekonom para artis yang hidup dalam lumpur dan kesenian ukiran jepara terkenal sampai ke tingkat internasional.
Belajar dari kartini