Hari minggu Matahari memancar panas di atas rumput hijau Victoria Park, Hongkong. Kondisi yang cukup terik tapi tak sedikitpun mengurangi semangat para TKW( tenaga kerja wanita) indonesia untuk berkumpul. Mereka telah membentuk kelompok kelompok kecil dengan penuh riang dan beragam aktivitas; diskusi menari, pop dance , mengaji bahkan ada juga yang hanya ngobrol lepas sembari menikmati makanan. Tak sedikitpun tampak raut kesedihan diwajah mereka kendati beragam persoalan pahit harus dihadapi sebagai pekerja rumah tangga ( domestic workers) di Hongkong.
Ditengah riuh aktivitas kelompok TKW indonesia Sesekali tampak dua orang laki laki berhidung mancung dan berkulit sawo matang mondar mandir melempar senyum dan mendekat ke arah salahsatu kelompok TKW yang tengah asik bergoyang dance ala korea.
Kehadiran laki laki berasal dari pakistan bukanlah hal baru, mereka turut hadir setiap minggu di victoria park sengaja untuk mengoda perempuan dan jika berhasil mereka tak malu untuk memacarinya salahsatu TKW disana.
Seperti siang itu, dua orang laki laki Pakistan tersebut tengah mengoda dan mendekat ke arah Gina yang tengah asik dance ala anak korea “ udah jangan dihiraukan si hidung mancung!”Nanti duit kita di plorotin. Celoteh gina.
kehadiran mereka kali ini membuat gina kesal gak karuan. Bahkan Gina memamerkan aksi yang cukup mengejutkan. Tanpa sungkan ia mencium bibir dan memeluk teman nya sesama perempuan. Ia seakan tak menghiraukan orang di sekelilingnya. Sikap Gina itu terang saja membuat dua laki laki dari pakistan tersebut pergi tanpa sepatah katapun.
Begitulah gina. Salahsatu TKW asal brebes mengaku melakoni seorang Lesbian semenjak dua tahun di hongkong. Menurut pengakuan nya ia menjadi lesbian karena butuh orang yang mengerti kondisinya sebagai TKW dengan segala keterbatasanya. Dan hanya teman perempuan sesama TKW yang siap dengan semua keterbatasan itu.
“Hari gini mba siapa yang mau punya pacar seorang pembantu?laki laki mana yang siap dikencani hanya lewat telepon? Kalau lagi beruntung dapat libur bisa bertemu 2 tahun sekali. Ayo laki laki mana yang siap pacaran jarak jauh? Padahal saya ini perempuan biasa yang sering kali jatuh cinta dengan laki laki yang cakep seperti laki laki lokal hongkong, tapi ya gak mungkin. Saya kan Cuma babu. Laki laki di hongkong pasti memandang rendah kami. Jadi lebih mungkin saya memilih pacar saya dikampung, tapi kalau saya pulang kami keluarga saya akan makan apa?jadi semua serba sulit!” demikian pengakuan gina sembari tertawa lirih dan kembali larut dalam dance pop korea.
Bagi sebagain kita, barangkali tidak ada yang baru dari kisah Gina sebagaimana yang diuraikan diatas. Melalui berbagai media massa fenomena Lesbian TKW di hongkong sering sering dipandang sebelah mata bahkan dianggap sebuah prilaku yang meyimpang. Padahal jika kita telusuri lebih dalam. Seharusnya kita prihatin.
Pilihan TKW menjadi lesbian di hongkong adalah salahsatu bentuk ekspresi dari ketidaknyamaan dengan kondisi bekerja. Berbeda sekali dengan lesbian di indonesia yang mayoritas karena trauma dengan laki laki atau sekedar tren.
Seperti yang kita ketahui mayoritas TKW indonesia bekerja tanpa perlindungan hukum dari pemerintah indonesia. bekerja dengan potongan gaji oleh agency tiap bulan, rentan dengan kekerasan dari majikan dan banyak juga yang tidak mendapatkan hari libur.
ditengah kompleks persoalan tersebut TKW biasanya tidak akan menceritakan persoalan tersebut kepada keluarga mereka dikampung karena tak mau memberatkan, banyak juga diantara TKW memilih kabur dan mengadu ke konsulat pemerintah indonesia. Tapi seringkali persoalan mereka tidak ditanggapi dengan serius, berulangkali TKW ditelantarkan oleh pemerintah indonesia,sehingga mau tak mau mereka harus urus sendiri.
Disituasi tersebut orang yang paling mengerti dan cepat menolong adalah teman sesama TKW.mereka bisa curhat kapan saja, dan paling mengerti karena sama senasib sebagai perempuan pekerja di hongkong.
Selain itu mayoritas TKW bekerja sebagai pekerja rumah tangga sebuah jenis pekerjan yang sampai sekarang tidak pernah dianggap sebagai sebuah pekerjaan profesional yang dlindungi oleh hukum. sehingga lahir pelabelan bahwa TKW adalah seorang perempuan pembantu kelas bawah dan dianggap tidak berpendidikan. Dan Kecenderungan ini lahir dalam pemikiran masyrakat terutama dalam pemikiran feodal seorang laki laki.
Dengan beragam persoalan tersebut, mungkin kita cukup mengerti jika TKW sebenarnya tidak punya akses untuk berpacaran dengan laki laki karena sistem politik dan budaya yang membuat mereka tidak merdeka sebagai perempuan.
Sehingga ketika tak ada pilihan, sadar tak sadar seorang TKW memilih teman sejenis, sesama perempuan untuk menjadi pacar untuk berbagi dan membantu meyelesaikan persoalan yang dihadapi selama bekerja bahkan sekaligus sebagai teman untuk orientasi seksual.