Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Ceritanya Dimabuk Asmara

13 September 2010   20:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:16 366 0
Senja selalu datang sebagai alarm pengingat pulang. Seperti kekasihku saja! Hahaha.. Hey! Kalian yang mengaku pasangan ideal, serasi, penuh cinta! Apakah kalian juga merasakan hal yang sama denganku?

Sekali kubilang pada perempuan itu, perhatikan lampu jalan saat malam. Seperti tuyul-tuyul berarak riang. Dia ketakutan, dia memang penakut. Tolong dimaklumi. Maka setiap senja kukirim pesan singkat, "sayang, waktunya pulang."

Padahal ya, aku sengaja. Aku tahu kekasihku takkan tega meninggalkan aku sendiri. Setelah pesan singkat, akan ada gumaman syalala.. "Telepon aku jika ingin. Tidak pun tak apa, jangan tidur di taksi." Kekasihku itu, juara! Tapi dia genit terlalu, huh! Kalau aku terlelap, dia suka hahahihi sama perempuan entah. Giliran aku genit, moodnya berubah!

Bagaimana ya, aku tak pernah terbiasa menunjukkan rasa. Dibilang sayang, nanti dia terbang. Susah, lebih baik sedikit pongah. Tak semua harus aku jabarkan dengan kata, harusnya dari sikapku dia bisa baca. Dan aku tahu, dia bisa. Lihat saja pola tingkahku yang masih main mata sana-sini, paling-paling dia hanya menghela nafas dan tertawa. Sedikit sebal mungkin, tapi tak apalah. Dia tahu itu cuma selingan sesaat. Kalau dia yang lirik sana-sini? Eng.. Aku, cemburu? Hahaha.. Ah! ..eh, memangnya, ini harus dijawab ya?

Kekasihku itu cewewet. Iya, kayak ibu-ibu gendut punya anak badung jumlahnya lima belas. Aku nggak tahu kenapa dia begitu, padahal kata orang-orang di luar sana, dia cool tiada tara. Kayak Nicholas Saputra di film Cinta!! Tapi, uhm, apaan! Enggak!! Bohong semua itu!! Tapi tak apa-apa. Aku suka. Cewewetnya dia, katanya, katanya sih.. Buat kebaikanku juga. Kalau sudah begitu, mana bisa aku nggak nurut coba? Curang memang. Kapan-kapan harus lebih badung! Pasti bisa!!

Coba ya, perempuan ini, masyaampun! Setiap kubilang "cewewet!" Maka dia akan santai berkata, "talk to yourself darling!" Bah! jelas-jelas aku pendiam. Kalaupun aku sedikit larang ini itu, karena dia memang badung. Lain tidak. Tak seperti dia, masa, mandi hujan malam hari saja, aku dilarangnya? Dan kalau badungku terlalu, maka dia akan bersenjatakan "aku sedih.." Nah, kekasih mana yang rela lihat orang yang dia sayang bersedih? Tak ada pilihan. Ini serupa pemaksaan bukan sih?

Tahu yang paling kusuka dari kekasihku? Saat muka anak kecilnya keluar ketika kuacak-acak rambutnya! Haha! Rasanya ingin kuhentikan waktu, mengolesinya dengan pengawet, untuk kupajang sebagai hiasan kamar. Uhm, kejam yah? Oke. Rasanya seperti ingin kuabadikan raut muka itu diatas billboard ukuran raksasa biar semua orang tahu betapa keren kekasihku itu. Aku yakin, God must be in a good mood when He created my dear...

Aku tak suka dipandangi lama-lama. Kalau oleh orang tak kukenal, biasanya akan berujung perkelahian. Tak nyaman! Tapi dia, perempuan ini. Ergh! Sengaja melihatku tepat di mata, semua gerak-gerikku diperhatikannya. Tiap kutanya kenapa, dia cuma tertawa. Beberapa jam bersama, aku mulai terbiasa. Beberapa hari begitu seterusnya, kurasa, picisan tidak, kalau kubilang di matanya ada berbagai warna? Apalagi di dua lesung pipinya yang melekuk dalam melihatku salah tingkah. Seperti.. Pelangi.

Ini yang paling penting!!! Kekasihku membiarkanku makan sepuasnya! Dia tahu aku pemakan segala! Hahaha.. Apa dia sengaja membiarkanku menggendut sehingga aku tak menarik lagi ya?? Apakah ini konspirasi tingkat tinggi? Huh! awas saja kalau begitu..!! Biar aku peluk dia sampai tulangnya remuk!!

Aku dan rokok. Aku dan paru-paru. Hey, sudah cukup Ibuku yang mengambil jatah marah-marah tentang itu. Perempuan-perempuan sebelumnya selalu mau lebih dari Ibuku. Tak perlu, aku juga tahu. Tapi kekasihku ini, beberapa kali tanya, "sudah bungkus keberapa?" Kujawab jujur, "habis kedua, mau beli kotak ketiga, kenapa?" Maka dia akan bergumam kecil, mengingatkan. Sudah. Bukan cuma Tuhan yang tak menyukai orang-orang berlebihan. Begitu pun aku dan dia. Pada porsinya, saja.

Mau tahu favoritku? Memandangi kekasihku yang tertidur di sampingku. Lalu aku akan menciumi seluruh muka itu sambil menghapal bau iler yang begitu santer... Sampai dia terbangun. Biasanya, dia akan mengerjap-ngerjap, tidak sadar pada serangan fajar!! Hahahahaha... Suka!

Ada hal lucu yang terekam dalam ingatanku. Di taksi, sekali, dua kali, tiga kali. Ahahahaha banyak pokoknya! Masuk. Sampaikan pada pak supir alamat tujuan. Lalu aku akan menghitung dalam hati. 10, 9, 8 (dia meletakkan tas dan mencoba cari posisi nyaman), 7, 6, 5 (melihatku sambil tertawa sumringah), 4, 3, 2 (menyandar manja padaku), 1, 0 (mengambil kedua tanganku untuk memeluk tubuhnya). Aku, suka berdebar sendiri kalau begitu. Hahaha.. Dia pasti tak tahu.

Ada juga yang bikin sebal! Aku pernah bikin kopi untuknya! Nggak diminum, sebal! Alasannya, kopi itu bikinan mesin pembuat kopi. padahal sama saja kan ya? Kalau aku tidak memencet mesin itu, tidak akan kopi terhidang di dalam cangkir, huh! Awas saja, lain kali kubikinkan kopi susu, khusus buatan tanganku!

Kau tahu apa yang menarik darinya? Bukan, bukan fisik. Dia pendek, gendut, hahahaha. Bukan itu. Dia ini, pintar, dan sombong tak tertolong. Bukan pula tak ada perempuan begitu sebelumnya di hidupku. Hanya saja, cuma dia satu-satunya, yang berani mengataiku dungu! Hahaha.. Hebat, bukan? Aku, dungu? Dia malah takut aku sakit hati, tersinggung. Padahal, aku tertawa-tawa dan tak habis pikir. Baru sekarang ketemu, si dungu bilang dungu. Hahahahaha..

Haduuuh.. Aku ngaco yah? Harusnya kan aku menulis tentang senja! Harusnya aku mau menulis tentang semesta, tentang permasalahan sosial, tentang gempa di Jogja, tentang transportasi di Jakarta, tentang Tuhan, apapun! Tapi kenapa tentang dia, kekasihku yang absurd itu?? Aaaarghhh... Aku jatuh cinta ya?

Kalau dipikir-pikir, tak ada gunanya berbicara tentang dia. Sampai tahu, habislah aku. Bisa terbang dia ke Venus tak kembali lagi. Lalu aku? Mati? Ahahaha.. Picisan. Tidak, bukan begitu. Tak sampai mati sih aku. Tapi, pasti sepi. Sedikit. Ya, sedikit saja. Mungkin kalau tak ada dia, aku bisa lupa, rasanya syalala, rasa itu yang dulu tak bernama. Mungkin aku akan lupa rasanya jatuh cinta. Tunggu! Barusan kubilang apa? Cinta? CINTA?!?! Sebentar, itu tadi pasti typo. Bisa tidak, kita hapus saja?

Cinta. Kejauhan kayaknya. Apa sih itu ya? Doooh, susah! Padahal summa cum laude. Padahal sudah banyak banyak baca roman, tetap saja susah cari definisi cinta. Assalamualaikum cinta! kenalan yuk!! Huh, andai bisa semudah itu.

Kurasa kalau dia disini, lihat ekspresiku sekarang ini. Dia akan tertawa kencang sampai Ibu Suri bangun dari tidurnya. Sumringah, salah tingkah. Berpikir tentangnya saja bisa menimbulkan efek sedemikian rupa. Rasa apa ya ini namanya? Eng... Kurasa, aku dimabuk asmara. *Serrrr!

Sayang, do you love me?

Kurasa, tak lama lagi, aku tidak akan bisa menahan untuk melihat matanya dan berkata kalimat paling picisan sedunia akhirat sepanjang abad, "I love you and that's not cool. But really, will you marry me?"

Hmm.. Lama-lama aku akan berpikir untuk minta dinikahi. Mau nggak ya dia? Tapi kan dia masih bocah, masih sekolah. Masa kecil-kecil jadi manten, memangnya sinetron?! Tapi tak apa, tiga tahun lagi dia pasti jadi lebih superb dari sekarang. Semangat Tha!

Toh aku sudah cukup. Otak, jelas aku pintar. Mental? Sini, aku berani diadu. Masalah kemapanan finansial? Tak usah diragukan. Masih banyak perawan di luar untuk diobral! Hahaha.. Tapi nantilah, setelah melunasi hutang janji pada beberapa orang. Mudah-mudahan, perempuan itu masih cukup sabar menunggu. Ya, semoga dia mau. Amin.

--------------------

Memandangimu saat senja, berjalan di batas dua dunia.
Tiada yang lebih indah, tiada yang lebih rindu.
Selain hatiku andai engkau tahu.

(Dewi Lestari & Arina Mocca - Aku Ada)

--------------------

Tha selalu Italic, Joko selalu biasa

[Medan - Jakarta, 14 September 2010]

*atas nama dua bulan syalala



KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun