Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Hujan Batu di Malam Itu

1 Maret 2010   05:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:41 478 0
[caption id="attachment_83757" align="alignleft" width="300" caption="Gambar copas dari bp2.blogger.com/_oltfNCHXShQ/R80...ixon.jpg"][/caption]

Suatu malam di lereng gunung Muria, entah berapa kilometer dari Jolong, tempat start awal kami, aku tengadah ke langit. Tiba-tiba……’cleret…’ bintang jatuh ! Tak berapa lama kemudian ‘cleret’.. meteor lagi..! Dan setelah itu, tiada henti bintang yang kulihat berjatuhan malam itu. Berharap bukan mataku yang salah memandang, maka aku pun segera membangunkan teman yang tidur di sampingku. "Emmm, itu bintang jatuh bukan..” tanyaku. Temanku langsung bangun dan tengadah, “Iya.. wah, keren ya.. banyak banget. Kok kita ga pernah ngelihat yang kayak gini di bawah ya..” jawabnya segera bangun. “Entahlah, mungkin karena kita sekarang berada pada tempat yang lebih tinggi kali, makanya baru terlihat sekarang..” jawabku. Teman yang lain juga bangun dan menambahkan, “Atau karena kita jarang melihat dan memperhatikan langit, maka kita melewatkan fenomena ini. Kita lebih sibuk dengan diri kita sendiri..”

Melihat banyaknya meteor yang jatuh malam itu, obrolan kami beralih pada rentannya bumi kita ini terhadap kehancuran. Meteor tentu saja tak hanya terjadi saat malam, namun juga siang, setiap saat setiap waktu  mengancam bumi kita. Alhamdulillah, Tuhan telah menciptakan mekanisme perlindungan. Lapisan atmosfer !! Gesekannya dengan batu meteor akan menghancurkan bebatuan besar itu menjadi sesuatu yang tak lagi membahayakan sesampainya di bumi. Kalau tidak, sewaktu-waktu, mungkin akan ada batu atmosfer yang menimpa rumah kita atau kendaraan yang kita tumpangi.. whuffp, terbayang film-film Armageddon dan berbagai film lain benar-benar kita alami !!

Lucunya, di saat Tuhan telah menciptakan mekanisme perlindungan untuk kenikmatan hidup kita, justru kita yang melakukan berbagai aktivitas untuk merusakkannya. Sungguh, kita memang makhluk yang lalai ! Obrolan kami pun terus berlanjut hingga beberapa saat, masih terkait dengan meteor dan bumi kita.

“Eh, tadi sudah pada tidur ya.. Yuk lanjut tidur..” ajakku. “Enggak kok.. aku belum tidur.. ga bisa tidur.. habis dingin banget..” jelas teman sebelahku. “Tapi kita harus segera tidur, perjalanan kita masih panjang, sampai besok sore.” Teman yang lain mengingatkan. Akhirnya obrolan kami akhiri. Membaringkan diri dengan mantel hujan sebagai alas sambil menatap langit yang masih dihujani meteor, sungguh nikmat yang tiada terkira !! Hingga jelang jam 03.00, mata belum mau terpejam juga. Iseng, kami pun mulai menghitung jumlah meteor yang masih menghujani bumi saat itu. Alhamdulillah, pada hitungan ke-97 (menurut catatan harianku), akhirnya kami terlelap.

**Mengingat kembali hiking pertama di Gunung Muria tahun 1998

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun