Bagi Tar,-lelaki bergigi lima yang beroleh anak bujang di usia senja,- tidak ada yang lebih jenakah selain menyaksikan umpatan bujang tua sebelah rumah, bersahutan dengan petasan yang dilempar budak-budak di halaman belakang. Balas dendam macam hiburan baginya. “Wak Suram itu lah nyebut namo binatang bae.” Terkekeh ia berkata pada bininya yang membersihkan kembang unji dari sisa bakaran. Aromanya menguar mengalahkan bau badannya sendiri.
KEMBALI KE ARTIKEL