Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Lebih Dalam Memaknai "Sumpah Pemuda" dalam Era Globalisasi

3 November 2013   02:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:40 241 0
Kecenderungan untuk memaknai dari sebuah peristiwa biasanya hanya sebatas celebration atau dalam konteks merayakan hanya bersifat angin lalu. Padahal pemaknaan dalam arti kesejatiannya adalah "Sumpah Pemuda” perlu disiasati secara khusus, bergerak tanpa pamrih, serta menjunjung tinggi rasa cinta tanah air, dengan kembali memenuhi panggilan kodrati bahwa yang muda dapat berperan aktif dalam setiap detik perubahan.

Kita tentu ingat betul beberapa hari yang lalu, semua lini media menggaungkan kembali semangat  "Sumpah Pemuda". Namun ironisnya momentum tersebut akan menjadi sebuah pijakan-pijakan perubahan yang hanya sebagai isapan jempol belaka.

Banyaknya opini tatkala reuni sejarah dengan menceritakan mengenaiawal hingga dampak yang bisa dimaknai tidak banyak memberikan progress yang signifikan dalam perwujudannya, bahkan berdampak kepada sistematis problematika kehidupan kita sehari-hari.

Anak muda identik dengan penjewantahan potensi dalam diri, menentukan posisi strategis dalam menempatkan diri sebagai proses pembentukan kepribadian, sehingga akan lebih bijaksana apabila perubahan yang dapat di implementasikan anak muda dapat memberikan efek positif bagi dirinya bahkan sampai ke generasi penerusnya.

Sebagaimana hasil survey yang dipaparkan oleh Transprency Internasional Indonesia di tahun 2010 yang lalu, anak muda menduduki persentase yang cukup mumpuni dalam sebuah perubahan, karena benar adanya sejarah telah membuktikan bahwa anak muda memiliki peran penting yang sistemik dan terorganisir dengan mensyaratkan adanya kesadaran implementasi integritas yang kuat mengenai nilai kedalam ruang gerak aktivitas.

Kemudian permasalahan dewasa ini, hasil jajak pendapat yang di kutip dari media Kompas pekan lalu, bahwa rekaman publik dalam menilai anak muda saat ini belum memadai dalam sejumlah bidang. Misalnya dalam urusan pengamalan Pancasila sebagai ideologi negara, sekitar 73,6 persen responden memandang anak muda tidak ikut ambil bagian dalam mewujudkan butir-butir sila dalam Pancasila. Serta sebagai tambahan responden dari kalkulasi 100 persen, hanya sekitar 9,4 persen yang dapat menyebutkan dengan benar dan berurutan tiga isi “Sumpah Pemuda”.

Artinya penting sekali memaknai Sumpah Pemuda tidaklah hanya dalam stereotype perdebatan semangat, tapi keyakinan untuk memaknai nilai-nilai dan menjalaninya tanpa pamrih. Oleh karena itu, perlu adanya penerapan nilai-nilai yang secara berbarengan mengawal secara khusus dalam memaknai sebuah “Sumpah Pemuda” ini.

Integrity Value

Integritas adalah sebuah nilai yang berhubungan dengan sebuah dedikasi atau pengerahan segala daya dan upaya untuk mencapai satu tujuan. Dalam konteks Sumpah Pemuda, jika nilai ini sudah menjadi bagian para anak muda, maka dengan arti yang lebih luas integritas akan menjaga seseorang untuk tidak keluar dari jalurnya dalam mencapai sesuatu.

Istilah ini sudah diperkenalkan Aristoteles dan tradisi republikan, yang dimaknai sebagai, "citizens’ involvements in self-rule guided by devotion to the public good", atau juga dimaknai sebagai "moral execellence" yang akan menghasilkan "the human good". Virtue atau keutamaan tersebut hanya bisa dibangun dan ditempa melalui tindakan sehari-hari sekaligus pendidikan yang memadai dalam suatu lingkungan yang membentuk individu dengan habitus berintegritas.

Integritas dapat didefisinikan sebagai standar kompetensi, keadilan dan kejujuran yang tertinggi. Dalam artikulasi yang lebih luas, integritas mencakup soal keadilan, tingkah laku, kebenaran, dan kesetaraan (Kloackars, Ivkovic, dan Haberfeld, 2006). Tantangan dalam penanaman serta peningkatan kapasitas sebuah integritas tidaklah signifikan bila hanya tertanam secara pribadi, oleh sebab itu pelu adanya kontrol untuk memastikan kesadaran tersebut dapat berjalan secara sistemik, struktural, dan berkelanjutan.

Social Control Value
Sehubungan dengan paparan diatas jika sebuah nilai integritas telah menjadi bagian anak muda, maka perlu adanya sebuah komitmen yang hanya tidak bersifat personal, namun bersifat sistemik, struktural, dan berkelanjutan. Oleh karena itu, sebuah kontrol sosial dianggap ampuh untuk mengawal perwujudan tersebut.

Jika kita menyepakati sebuah nilai integritas dimasukan ke dalam kategori tata nilai "Sumpah Pemuda", serta dijadikan sebuah kesadaran norma bagi anak muda, maka tidak seorang pun menolak bahwa kontrol sosial tersebut sudah tertanam pada pembentukan kepribadian anak muda yang secara implisit dihasilkan oleh dialektika kognisi bermasyarakat.

Dengan kata lain, hal inilah yang menjadi patokan setiap individu anak muda untuk menerapkan tata nilai-nilai dalam berkegiatan sehari-hari, secara eksplisit akan terasa diawasi oleh individu-individu lainnya dalam ruang lingkup sosialnya. Inilah perkembangan kepribadian yang selaras dengan prinsip alami yang genetik.

Dalam lingkungan sosial politik, sebuah negara sebagai perwujudan dari masyarakat. Dalam konteks ini anak muda sebagai cikal bakal suatu bangsa, dengan kata lain perangkat-perangkat negara dari tingkat yang paling rendah sampai tertinggi akan menjadi tanggung jawab anak muda.

Bila melihat kecenderungan anak muda dilihat dari beberapa persentase diatas, dirasa sangat nihil harapan kita sebagai penerus bangsa yang menilai perubahan hanya sebatas angan-angan, namun mengapa integritas dan sosial kontrol dalam anak muda perlu di bina, hal ini agar adanya keselarasan antara berpikir dan bertindak dapat saling berkesinambungan.

Kontrol sosial tidak lepas dari tiga elemen dasar penyusunannya, yaitu: Complience (Tindakan yang sesuai), Coercion (Paksaan), Commitment (Kepercayaan Pada Nilai Sosial).

Maka dari itu suasana era globalisasi dewasa ini, permasalahan "sumpah pemuda" haruslah diartikan secara konkret dalam pemaknaannya. Tidaklah harus anak muda yang terlibat secara langsung dalam gema sosial politik, tetapi juga secara menyeluruh.

Kontrol sosial terbina karena jelas adanya kepercayaan (Trust) dari individu-individu anak muda, apabila anak muda Indonesia sudah mengartikan pentingnya sebuah integritas kedalam ruang lingkup moral dan etika dan sebuah prinsip yang akan di patuhi, maka perdebatan semangat akan "Sumpah Pemuda" serta resistensi terhadap asumsi yang buruk pada anak muda secara organic akan berangsur-angsur pudar dan lamban laun menghilang.

Sumber: http://ddisetiansah.tumblr.com/post/65810957041/lebih-dalam-memaknai-sumpah-pemuda-dalam-era

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun