“Dengan wajah berseri-seri dan senyum sepuluh senti menyilangi diwajahnya (ustad Salman), laki-laki ini hilir mudik di antara bangku-bangku murid baru, mengulang-ulang mantera ajaib ini di depan kami bertiga puluh. Setiap dia berteriak, kami menyalak balik dengan kata yang sama, man jadda wajada. Mantera ajaib berbahasa Arab ini bermakna tegas : siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.!”
Itulah potongan kisah yang tertulis rapih dan indah dalam novel Negeri 5 Menara, yang ditulis oleh seorang alumni pondok Modern Gontor, Jawa Timur, A. Fuadi. Pria kelahiran Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau 39 tahun lalu, dia menceritakan pengalamannya selama menikmati pendidikan yang mencerahkan di pondok Modern Gontor. Mulai dari kesederhanaan kehidupan pondok, suka, duka, serta cerita persahabatan yang diberi nama “sohibul menara” tertuang dalam novel ini.
Awal perjalanan pendidikan Alif (nama penulis dalam novel itu) di Pondok Madani adalah paksaan Amak (Ibu). Padahal Alif sangat berniat melanjutkan sekolahnya ke SMA bersama sahabat kecilnya, Randai. Tak ingin mengecewakan orang tua, Alif mengikuti saran Amak. Namun berkat pengajaran-pengajaran di Pondok Madani (PM) yang sederhana, namun “terkesan luar biasa” membuat Alif menjadi betah dan mampu melewati hari-hari penuh kisah di PM.
Terlebih ketika Alif mengenal “mantera” man jadda wajada yang kerap kali terdengar dan membangkitkan semangat serta keyakinan akan kesuksesannya nanti. Alif bersama sohibul menara, Said, Baso, Raja dan Atang melukikaskan impiannya diatas langit, berimajinasi berada di benua Amerika, hingga Eropa.
Akhirnya, mereka telah berada di negara impiannya. Poin penting dalam novel ini, Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar, ikhtiar dan berdo’a itu kunci utama. Dan yakin bahwa man jadda wajada.
Seperti itulah kira-kira sepenggal gambaran yang tertuang dalam novel 423 halaman terbitan PT. Gramedia Pustaka Utama (kompas gramedia). Hingga masuk kategori Novel National Best seller, tak heran jika Kompas Gramedia Production akan menuangkan novel ini kedalam sebuah film. Tentunya masyarakat akan menanti film karya anak bangsa ini.
Tepat di ulang tahun ke 3 Kompasiana, kompasianival 2011 yang berlokasi di fCONE FX Plaza, Jakarta, kemarin (10/12) secara langsung menghadirkan pemeran dan kru film Negeri 5 Menara (N5M) Mulai dari penulis A. fuadi, Sutradara Affandi Abdul Rahman, Asisten Produser Widya Wardhani Ichram, dan pemeran Alif kecil, Gazza Zubizareta, menceritakan tentang proses pembuatan film N5M yang saat ini telah masuk ke tahap editing akhir.
Tentunya masyarakat akan bertanya-tanya kapan film ini di putar di bioskop tanah air? Pertanyaan ini pun terbesit di hati saya, di kompasianival Widya Wardhani Ichram, selaku Asisten Produser mengatakan awal tahun 2012 film ini bisa di nikmati publik di bioskop. Untuk tepat tanggalnya, Widya belum memberitahukan yang pasti adalah awal 2012. Jadi kita tunggu saja. ^^
Mengobati penasaran peserta kompasianival yang hadir, kru memutarkan trailerfilm N5M. Hal ini justru membuat saya semakin penasaran, “pengen tahu secara keseluruhan film tersebut, visual keadaan pondok pesantren gontor, jawa timur, yang terekam di kamera video, pengen tahu siapa yang menjadi sarah apakah sosoknya secantik dan seanggun yang digambarkan dalam novel tersebut? Dan pengen tahu gerak gerik Tyson secara audio visual. Serta penasaran-penasaran lainnya yang tersimpan di hati ini.” Saya menanti film N5M.
Saya rasa di tengah perfilman Indonesia saat ini, negeri 5 menara dapat menjadi film yang wajib di nikmati oleh anak-anak, remaja, orang tua baik ibu atau pun ayah, bahkan hingga ke lintas agama.
Man Jadda Wajada
Melalui tulisan ini, semoga saya bisa menonton gala premier film N5M. :)
Salam :
@sapadede | dederohali.blogspot.com