Maya, seorang wanita yang begitu memesona baginya. Mereka dulu pernah saling mencintai. Setelah sekian lama tak berpacaran, Alex memutuskan untuk mencoba memulai kembali kisah cinta yang telah lama ditinggalkannya bersama Maya.
Dia menghabiskan waktu untuk memahami Maya lagi, mencoba mendekati dia dengan niat yang serius untuk membangun masa depan bersamanya. Alex melakukan segala cara untuk membuat Maya bahagia, mereka sering keluar bersama seperti dua sejoli romantis, mengingatkan pada kisah-kisah romantis seperti Romeo dan Juliet.
Namun, ada satu hal yang mengganjal di hati Alex. Maya sudah memiliki pasangan dan perbedaan umur mereka cukup jauh. Alex menyadari bahwa untuk bisa menjalin hubungan serius dengannya akan sulit. Dia tidak ingin menjadi penghalang bagi karier Maya, seorang wanita yang memiliki potensi besar.
Meskipun hatinya terasa terikat pada Maya, Alex memutuskan untuk menjauhinya. Meski di dalam hati yang paling dalam, dia masih terus memikirkan Maya setiap hari. Alex tidak tahu apakah perasaannya didengar atau dirasakan oleh Maya, namun dia yakin bahwa menjaga jarak adalah yang terbaik.
Dia mencoba untuk melupakan Maya, mencari pengganti yang lebih sesuai dengan keadaannya. Namun, Maya tetap menjadi bayangan yang menghantuinya. Setiap kali dia bertemu dengan wanita lain, dia selalu membandingkannya dengan Maya.
Hingga suatu hari, Alex menyadari bahwa mencoba untuk melupakan Maya adalah seperti berusaha menyingkirkan bayangan yang melekat padanya. Tak peduli seberapa keras dia mencoba untuk mengganti memori itu dengan yang lain, namun wajah Maya selalu muncul dalam pikirannya seperti lukisan yang tak pernah pudar.
Pada suatu senja yang mendung, Alex duduk sendirian di tepi danau yang tenang, membiarkan angin malam menyapu lembut rambutnya. Di dalam keheningan itu, dia merenung, meraba-raba kenangan-kenangan yang terlupakan dan cinta yang terpendam. Dalam kesendirian itu pula, dia sadar bahwa mencintai seseorang tidak selalu berarti memiliki mereka.
Dalam keadaan bingung yang memusingkan, Alex mulai menelusuri jalan-jalan kecil di kotanya yang ramai. Dia melihat cinta di setiap sudut, di mata setiap orang yang berpapasan dengannya. Namun, dia tahu bahwa cinta yang sesungguhnya adalah yang membebaskan, bukan yang menyekap.
Alex menyadari bahwa perasaannya terhadap Maya adalah seperti gema yang memantul dalam hatinya, terus menggetarkan keberadaannya. Dia sadar bahwa dia tidak bisa menghentikan gelombang cinta yang mengalir begitu saja. Maka, dia memutuskan untuk menghadapi rasa itu dengan keberanian yang baru ditemukan.
Dalam kegelapan malam yang pekat, Alex menulis pesan panjang untuk Maya. Pesan yang berisi segala ungkapan perasaannya, segala keraguan dan kebingungannya
Namun, Alex tidak menunggu balasan dari Maya. Dia memilih untuk melepaskan Pesan itu dengan segala rasa ikhlas, seperti daun yang jatuh dari dahan pohon. Dia menyadari bahwa cinta tidak selalu berakhir dengan bahagia, namun kadang-kadang keberanian untuk mengungkapkannya sudah cukup untuk membebaskan hati.
Malam itu, di bawah langit yang penuh bintang, Alex merasa lega. Dia merasa seperti beban besar telah terangkat dari pundaknya. Meski tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, dia yakin bahwa dia telah melakukan yang terbaik. Dan dengan hati yang lega, dia melangkah pulang menuju keesokan harinya yang baru.