Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Mengembangkan Pariwisata Kota Padang: Strategi, Tantangan dan Peluang

3 Agustus 2024   09:20 Diperbarui: 3 Agustus 2024   09:23 490 7

Pariwisata di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang positif setelah masa pandemi COVID-19. Tahun 2024 diprediksi akan menjadi momentum kebangkitan sektor pariwisata. Wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition) menjadi salah satu tren pariwisata yang sedang berkembang pesat. Peningkatan wisata MICE ini didorong oleh pemulihan ekonomi pasca-pandemi, dukungan pemerintah, perkembangan teknologi, infrastruktur modern, keberagaman destinasi, tren bisnis global, dan manfaat ekonomi yang signifikan. Selain itu, wisata keluarga seperti mengunjungi taman bermain dan staycation juga menjadi tren setelah pandemi ini.

Indonesia menawarkan keindahan alam dan kekayaan budaya yang luar biasa, yang dapat dioptimalkan untuk menarik wisatawan. Sumatera Barat, misalnya, memiliki berbagai destinasi menarik seperti Danau Singkarak, Ngarai Sianok, Desa Wisata Pariangan, Pantai Padang, Jam Gadang, dan Jembatan Siti Nurbaya. Provinsi ini menyajikan beragam daya tarik wisata, mulai dari kuliner yang khas dan menggugah selera, sejarah yang kaya, budaya yang mendalam, hingga keindahan alam yang memukau. Segala sesuatu yang dibutuhkan untuk memuaskan berbagai tipe wisatawan tersedia di Sumatera Barat, menjadikannya destinasi yang benar-benar lengkap.

Kota Padang merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Barat. Terletak strategis dengan pantai yang membentang sepanjang 84 km di pesisir barat Sumatera dan perbukitan di bagian timur, kota ini memiliki luas 694 km dan populasi sekitar 914.000 orang. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai pedagang, sementara di wilayah sekitar garis pantai, banyak juga yang berprofesi sebagai nelayan.

Kota Padang memiliki berbagai destinasi unggulan, seperti Pantai Padang, Jembatan Siti Nurbaya, Kota Tua, dan Pantai Air Manis. Pantai Air Manis terkenal dengan kisah Si Malin Kundang, seorang anak yang durhaka dan mengabaikan ibunya setelah sukses di perantauan. Kisah yang menyentuh ini menjadi ikon dan daya tarik utama Pantai Air Manis, menarik banyak wisatawan yang penasaran dengan legenda tersebut.

Tata letak kota Padang sebenarnya memiliki potensi untuk integrasi yang baik antara berbagai titik wisata. Idealnya, dari Bandara Internasional Minangkabau, wisatawan harus dapat dengan mudah menggunakan kereta api bandara atau BRT (Bus Rapid Trans), jika sistem ini sudah ada, dan melanjutkan perjalanan ke berbagai titik destinasi wisata di kota Padang. BRT diharapkan bisa menghubungkan Pantai Padang, Museum Adityawarman, Jembatan Siti Nurbaya, dan Pantai Air Manis secara efisien. Namun, hal ini sekiranya belum terjadi di kota Padang tercinta yang yang memiliki slogan "Taste of Padang" ini.

Infrastruktur yang belum memadai merupakan bagian dari tidak terjadinya cita-cita tersebut. Namun, beberapa kawasan wisata telah berinisiatif menjalin kerjasama dengan bandara atau terminal milik badan usaha. Misalnya, Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Wisatawan yang ingin mengunjungi TMII kini dapat dengan mudah mencapai lokasi tersebut berkat adanya layanan taksi Bluebird di stasiun LRT TMII, dimana biaya taksi sudah termasuk harga tiket masuk ke TMII. Demikian pula, kawasan wisata Mandalika telah bekerja sama dengan Damri untuk mempermudah akses pengunjung. Inisiatif-inisiatif ini sangat penting untuk meningkatkan mobilisasi dan aksesibilitas, serta memajukan sektor pariwisata di Indonesia.

Branding "Taste of Padang" adalah langkah awal yang positif untuk strategi pemasaran kota Padang. Logo Taste of Padang yang menyerupai rumah adat bagonjong dan terdiri dari lima warna melambangkan panca indera, menegaskan bahwa wisata kota Padang dapat dinikmati dengan panca indera: peraba, penglihatan, perasa, penciuman, dan pendengaran. Namun, saya merasa Taste of Padang belum terekspos secara maksimal. Masih jarang terlihat outdoor advertising yang mempromosikan keindahan destinasi wisata kota Padang di sepanjang jalan kota. Saat ini, sepanjang jalan kota Padang hanya dipenuhi dengan foto-foto kepala orang lengkap dengan nama dan nomor urut mereka, dengan berbagai pose yang mengisyaratkan "pilihlah saya!" Ya, hanya iklan-iklan kampanye pemilihan anggota dewan yang mendominasi. Seharusnya, outdoor advertising yang mempromosikan keindahan destinasi wisata kota juga dipasang mulai dari bandara hingga sepanjang jalan kota Padang. Selain itu, iklan juga bisa ditempatkan pada TV mobile BRT (lagi, jika BRT ini sudah tersedia), kereta api, dan transportasi umum lainnya. Promosi juga bisa dilakukan melalui digital advertising dengan mengaktifkan media sosial resmi Taste of Padang dan melibatkan influencer nasional. Influencer atau selebgram berdarah Minang bisa diajak untuk mempromosikan wisata kota Padang. Mengadakan event lari besar dengan menggandeng salah satu badan usaha milik negara juga bisa menjadi salah satu cara untuk mempromosikan wisata. Sebut saja, Labuan Bajo terkenal dengan acara IFG Run, Jogjakarta dengan Mandiri Jogja Marathon (Jogmar), dan Bali dengan Maybank Marathon. Lalu, mengapa Padang tidak bisa terkenal dengan event serupa, seperti RUNdangan?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun