Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Hanya Mampu Diam

10 Januari 2015   06:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:26 31 1
Wangi bunga di bawah jendela kamar tidurku, membawa aku keluar kamar, duduk di taman ditemani secangkir kopi dan beberapa potong kue, yang diantar oleh bibik. Terasa sejuk, angin bertiup sepoi-sepoi, mengibas-ngibaskan anak rambut di keningku. 15 atau 20 tahun yang lalu kita duduk di sini, setiap sore minum teh hangat melepas lelah, sepulang dirimu dari kantor. Semua kenangan itu masih terbayang jelas, dan aku merindukan ini akan terulang lagi sekarang, besok, lusa atau minggu depan. Kekasikku, aku tidak pernah menyangkal bahwa jodoh, maut dan rizqi adalah rahasia Illahi. Dan dirimu pernah bilang, " andai aku meninggal sekarang, apa yang akan dirimu lakukan istriku". Saat itu aku jawab dengan suara keras sambil tertawa, " Aku akan menikah lagi, dengan cinta baruku", dirimu tidak menjawab saat itu, hanya diam menatap ke arah ku dengan pandangan kosong. Dan aku tersenyum puas sudah menekanmu, dengan gayaku. Sesaat kami terdiam hanyut dalam pikiran masing-masing. Wangi bunga mengelilingi kami, menghanyutkan segala rasa dalam benak. Kemudian tanganmu menggapai tanganku, menarik tubuhku dan mendekapkan diriku dalam dadamu, sangat erat, erat sekali. Sampai aku merasa sesak. Aku menikmati dekapan dirimu yang hangat, mesra penuh gelora cinta, aku merasakan semuanya saat itu. Sangat indah. Aku bahagia. Dirimu berbisik perlahan namun aku mendengar jelas, " Terima kasih hari-harimu, sayang. Aku bahagia dengan cinta darimu". Sangat jelas kalimat itu, dirimu membisikkannya tepat di telingaku. Saat itu dirimu terus mendekapku erat sekali, seakan takut lepas, kau ciumi kepala dan tengkukku, sambil berbisik" aku sangat mencintaimu", berulang -ulang dirimu berbisik padaku, dengan kata-kata indah yang berbeda. Tak pernah aku berpikir begitu banyak bendahara kata cintamu. Setiap sore menjelang pulang kerja, sejak itu dirimu selalu membisikkan kata-kata indah untukku, tentu saja aku sangat senang dan bahagia. Aku sempat gugup, setiap sore menanti pujian darimu. Seperti anak ABG, belasan tahun yang baru jatuh cinta, aku sering salah tingkah. Dan aku pernah merasa malu, ketika dirimu menegurku, " Hello, sayang, dirimu menantiku, aku datang dengan cinta. Kesinilah mendekat sampai tidak ada jarak diantara kita". Astagfirulloh al adzim, rupanya dirimu sudah sejak tadi datang tapi aku sibuk sendiri, salah tingkah, gunta-ganti baju, nyari yang sexy, banyak pake parfum, pake lipstik yang semuanya tidak biasa aku lakukan. Di taman inilah kita selalu menghabiskan waktu, berdua, bersenda-gurau, dan bercumbu, Subhanalloh, sangat indah. Kekasihku sampai hari yang ditentukan-Nya terjadi, rasanya aku tidak percaya dengan semua yang aku hadapi. Terlalu tiba-tiba. Saat itu aku sedang jatuh cinta pada dirimu. Bagai disambar petir di siang bolong, badanku lemas, tidak mampu berdiri, gemetar, seluruh bagian perut terasa sakit, persis mau melahirkan. Aku hanya mampu diam mengucap "inna lillahimwa inna illaiho rojiun",

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun