Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Namaku bukan Namamu, Namamu bukan Namaku

19 Februari 2021   19:24 Diperbarui: 19 Februari 2021   20:05 942 24
Membuat judul ini saya jadi membayangkan meme tentang judul sinetron di salah satu tivi nasional yang dikenal punya judul sinetron unik. Tetapi, saya membayangkan kisah untuk tulisan ini dari pengalaman saya saat SMP.

Saat itu, saya masih kelas VII, dan baru tahu kalau ada kakak tingkat yang namanya memiliki lafal sama, De-di. Saya kurang ingat, apakah namanya Deddy, Dedy, atau Dedi.

Yang pasti, saya ingat nama belakangnya yang diawali huruf S. Saya sengaja tidak menyebut secara vulgar nama aslinya.

Berhubung selama SD saya belum pernah menemukan nama yang menyerupai nama saya, saya menjadi "demam panggung". Saya pun menceletuk, "Ih, namamu mirip denganku. Niru nih!"

Dia pun membalas dengan telak, "Aku lebih tua darimu (sambil menyebut angka tahun kelahirannya)."

Karena, dia menyebut angka tahun kelahirannya, saya pun terbungkam. Mungkin juga karena, baru kali ini saya beradu argumen dengan orang yang tahun kelahirannya satu tahun di atas saya. Walau, saya juga tidak mencari bukti di KTP-nya (kartu tanda pelajar).

Biasanya, saya kalau melihat kakak tingkat satu setrip di atas saya, angka tahun kelahirannya sama. Itu karena saya masuk kelas 1 SD tepat saat saya umur 7 tahun. Sedangkan, teman sekelas saya rata-rata umur 6 tahun. Curang? Entah.

Akibat pengalaman kocak itu, saya mulai belajar untuk 'stay cool' kalau ada orang bernama sama. Sebelumnya, saya norak karena saya pikir yang punya nama Deddy sangat langka.

Apalagi, kalau merujuk pada inspirasinya, saya diberi nama Deddy karena ibu terinspirasi oleh Deddy Dukun. Walau, kemudian yang paling familiar di mata saya adalah Deddy Mizwar.

Ini juga saya tidak mau menilik langsung ke KTP beliau. Tapi yang pasti, saya lebih akrab dengan nama Deddy karena Deddy Corbuzier.

Saat masih sekolah, saya bisa dikatakan bangga punya nama Deddy karena ada role model-nya. Selain itu, ketika berkenalan dengan teman baru namanya pasti bukan Deddy.

Beda kalau misalnya saya punya nama Irfan, pasti potensi saya bertemu dengan nama Irfan lebih besar. Apalagi Bambang. Banyak. Bahkan, bisa beregenerasi namanya.

Namun, seiring berjalannya waktu saya mulai berada di fase yang labil. Antara over-proud terhadap nama, dan keberatan dalam mengusung nama Deddy, yang biasanya dipelesetin jadi kata ganti 'ayah' (daddy).

Artinya, saya menelaah nama Deddy itu berat. Selain ada role model-nya, secara pelafalan juga mirip dengan lambang kebijaksanaan, yaitu ayah. Berarti, saya harus (bersikap) dewasa sesuai nama saya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun