Setelah musim 2017 gagal juara, Bali United berupaya keras untuk membangun pondasi tim. Meski, mereka sempat digoncang dengan situasi tak harmonis di internalnya saat musim 2018 akan berakhir. Hal ini dapat dilihat dari hengkangnya Widodo C. Putro dari Stadion I Wayan Dipta sebagai pelatih.
Hengkangnya pelatih yang kini mengarsiteki permainan Persita Tangerang itu, membuat Bali United mengalami degradasi permainan. Inilah yang membuat suporter Bali United memprotes kebijakan tim manajemen Bali United.
Seolah tak ingin mengulangi hal yang sama, tim manajemen pun terlihat berbenah. Dimulai dari keberhasilan mereka menggaet Teco untuk melatih Lilipaly dkk. Kehadirannya pun dibarengi dengan keberadaan pemain baru yang memiliki kapasitas untuk membawa Bali United bermain bagus.
Salah satunya adalah Paulo Sergio. Kehadiran pemain asal Portugal itu membuat Bali United semakin mapan di lini tengah. Mereka tidak lagi hanya mengandalkan Stefano Lilipaly, Irfan Bachdim, dan Fadil Sausu untuk mengkreasi serangan, melainkan lebih banyak bertumpu pada kapasitas utama Sergio dalam melayani Ilija Spasojevic dan Melvin Platje.
Keberadaan Wiliam Pacheco dan Gunawan Dwi Cahyo juga membuat lini belakang Bali United semakin ideal. Kehadiran keduanya membuat Bali United memiliki banyak opsi untuk slot bek tengah. Sehingga, dengan jadwal padat, Teco tahu siapa yang dapat melindungi Wawan Hendrawan di depan kotak penalti.
Perbaikan di musim ini juga tidak hanya dalam teknis, namun juga non-teknis. Yaitu, pengelolaan mental dan misi dalam mengarungi musim 2019. Mereka tahu bahwa menjadi juara Piala Indonesia 2018 adalah pekerjaan sulit. Sehingga, mereka tidak terlalu "galau" ketika gagal melaju ke final.
Hal ini ada kaitannya dengan misi mereka untuk fokus ke Liga 1 dan langkah ini perlahan nan pasti mulai terlihat hasilnya. Meski, media massa lebih banyak mengekspos peluang juaranya TIRA-Persikabo, Bali United tetap tenang dan fokus.
Mereka memang tidak memiliki torehan semenarik TIRA-Persikabo di separuh awal musim. Namun, justru pada akhirnya mereka mampu memutarbalikkan keadaan. Hal ini dimulai dari keberhasilan Laskar Tri Datu memberikan kekalahan pertama bagi TIRA-Persikabo.
Uniknya, kekalahan itu membuat tim asuhan Rahmad Darmawan menjadi limbung. Hal ini dapat dibuktikan dengan perjalanan di paruh kedua yang tak bersahabat bagi Osas Saha dkk. Mereka kini bahkan berada di papan bawah.
Keadaan itu membuat klub yang bermarkas di Stadion Pakansari itu memilih berpisah dengan Rahmad Darmawan sebelum musim berakhir. Sedangkan Bali United semakin mapan di puncak klasemen. Karena, mereka "hanya" bersaing dengan klub-klub yang bangkit dari tidurnya, seperti Persipura dan Borneo FC.
Jarak poin yang sudah besar membuat Bali United hanya perlu fokus menjaga keunggulan poin tersebut dan itu berhasil dilakukan oleh Spaso dkk. Mereka pun akhirnya berhasil juara di Liga 1 ketika musim kompetisi masih menyisakan 4 laga lagi.
Di laga terbaru, klub yang dimiliki oleh dinasti Tanuri itu berhasil menang dari Semen Padang FC. Skor 2-0 berhasil menjadi modal Bali United untuk merayakan juara di Stadion H. Agus Salim, Padang. Dua gol juga dilesakkan semuanya oleh Spasojevic yang masih di masa berkabung pasca ditinggal pergi sang istri untuk selamanya.
Sebuah gelar juara yang sangat mengharu-biru dan menarik untuk dirayakan oleh penikmat sepakbola nasional. Juaranya Bali United juga membuktikan bahwa untuk menjadi juara di Liga 1 juga perlu adanya proses dengan persiapan matang nan terukur. Mereka juga harus siap untuk mengambil alternatif lain dan tetap fokus pada tujuan yang diincar, meski tidak mudah untuk melaluinya.
Selamat Bali United!
Selamat Spaso dan tetap tegar!
Selamat juga untuk Teco yang berhasil meraih gelar keduanya secara beruntun di Liga 1 dengan klub keduanya. Hebat!
Malang, 2 dan 3-12-2019
Deddy Husein S.