Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kurma Pilihan

3 Hobi ini Sangat Tepat untuk Ngabuburit

20 Mei 2019   23:31 Diperbarui: 20 Mei 2019   23:33 16 4
Berbicara tentang hobi, setiap orang pasti memiliki hobi, dan terkadang tidak hanya satu hobi, namun bisa lebih dari satu bahkan lebih dari dua. Termasuk penulis. Penulis kali ini ingin berbagi sedikit tentang hobi atau kegemaran yang biasanya dilakukan khususnya saat menunggu waktu berbuka.

Dimulai dari menonton film atau koleksi tv serial manca yang ada di gadget (PC/ponsel). Biasanya menonton film ini akan diukur dengan durasi yang dimiliki film tersebut dengan durasi yang sesuai dengan waktu berbuka. Biasanya durasi film yang dipilih tidak akan mencapai 2 jam. Cukup 1,5 jam untuk menonton film/tv serial.

Mengapa harus demikian?
Karena, tidak akan mungkin penulis terus menonton sampai adzan maghrib berkumandang sedangkan makanan dan minuman untuk berbuka belum ada. Maka, biasanya penulis akan memulai menonton selepas Ashar, sekitar pukul 16.00-17.00. Jika di pukul 17.00 belum selesai, maka dipastikan akan dijeda dan penulis memilih untuk pergi mencari takjil dan menu berbuka.

Namun, biasanya, penulis juga pernah memilih untuk menonton film/tv serial sampai adzan berkumandang ketika menu berbuka sudah didapatkan sejak pukul 16.00. Maka, penulis tidak merasa ada tanggungan yang mengganjal ketika kebutuhan yang terpenting sudah terpenuhi.

Meski kegiatan menonton adalah kegemaran yang ditempatkan di urutan pertama, namun secara pribadi, penulis tidak menyarankan kegemaran ini dijadikan aktivitas rutin saat ngabuburit. Karena, waktu yang dibutuhkan untuk menonton terlalu banyak. Oleh karena itu, ada pilihan kedua yang dapat dilakukan oleh penulis untuk mengisi waktu luang dalam menunggu waktu berbuka. Yaitu, menulis.

Sudah banyak artikel di Kompasiana yang menyinggung kegiatan ini sebagai kegemaran para penulis di Kompasiana. Suatu hal yang wajar. Karena, memang itulah yang biasanya dilakukan oleh orang-orang yang sedang berupaya menasbihkan dirinya sebagai penulis. Maka, penulis pun melakukan hal yang sama.

Khusus di Ramadan tahun ini, penulis mengisi waktu ngabuburit dengan menulis konten yang dapat diunggah di Kompasiana dan biasanya untuk mengikuti tantangan samber THR yang diadakan oleh Kompasiana. Jika ingin mengetahui kapan, penulis menulis konten itu, maka, jawabannya adalah ketika ngabuburit penulis melakukannya. Waktu 1-1,5 jam sangat cukup untuk memikirkan, mencari bahan, dan menulis, serta merevisi tulisan tersebut.

Ketika tulisan itu jadi, biasanya jika tidak sehabis berbuka, maka setelah pukul 20.00, penulis akan mengunggah tulisan tersebut. Secara pribadi ini adalah kegiatan yang bisa disebut kegemaran namun juga tanggung jawab. Karena, ketika sudah berniat mengikuti event Ramadan ini, maka, penulis juga harus berupaya untuk selalu 'melunasi' tanggung jawab tersebut.

Pilihan ketiga untuk kegemaran yang cocok dilakukan ketika ngabuburit adalah berada di masjid. Seperti yang penulis sudah singgung di beberapa artikel tentang samber THR dengan tema-tema sebelumnya, bahwa menunggu waktu berbuka dengan berada di masjid itu adalah kegiatan yang sangat menarik dan secara pribadi ini adalah kegemaran yang spesial.

Spesial, karena hanya dilakukan ketika Ramadan saja, dan biasanya akan menjadi suatu hal yang dirindukan ketika hal ini tidak lagi dilakukan seperti tahun ini. Secara pribadi hal ini bisa menjadi sebuah kegemaran yang sangat positif ketika dilakukan saat ngabuburit. Karena, tak hanya mencari takjil gratis, namun juga mendapatkan ilmu yang bermanfaat tentang agama.

Ketiga kegemaran ini mungkin terasa klise, karena hampir semua orang melakukannya, namun secara pribadi, penulis menganggap ketiga kegemaran ini akan menjadi istimewa ketika dilakukan di momen yang istimewa. Yaitu di kala Ramadan. Karena, kegiatan menonton film akan terasa biasa saja ketika berada di waktu yang biasa saja dan biasanya kegiatan itu dilakukan bukan sebagai kegemaran yang menyenangkan. Karena, ada beberapa orang yang melakukan kegiatan menonton film/tv serial adalah untuk mengusir kejenuhan ataupun stress.

Namun, ketika di momen Ramadan, kita dapat melakukan kegiatan menonton dengan pikiran yang lebih tenang, walau perut 'bergoyang'. Hal ini tentu menjadi situasi yang dibutuhkan ketika kita berada di momen yang penuh keberkahan. Memang, akan lebih baik jika melakukan ibadah seperti membaca Al Qur'an (khataman), ataupun bersholawat. Namun, bagi anak-anak muda, menonton film adalah kegiatan non-ibadah yang tetap baik ketika hal itu dilakukan dengan baik dan tidak merugikan orang lain.

Begitu pula ketika berkegiatan menulis seperti menulis untuk event samber THR yang diadakan Kompasiana. Secara pribadi, menilai ini adalah wadah yang positif bagi orang-orang yang ingin tetap menulis di kala Ramadan dan diberikan tantangan-tantangan yang menarik dan tentunya akan memberikan manfaat. Baik bagi sang penulis maupun kepada para pembacanya.

Sedangkan untuk kegemaran ketiga, yaitu ngabuburit di masjid, tentunya hal ini akan terasa lumrah dan penuh berkah bagi pemuda-pemuda yang ingin mencari manfaat yang ganda---untuk jasmani dan rohani. Kesempatan melakukan ngabuburit setahun sekali tentu tidak boleh dilewatkan apalagi jika dapat membuka kemungkinan untuk mencari teman baru yang artinya akan menambah tali silaturahmi yang baik.

Situasi ini jelas dimiliki oleh penulis sewaktu masih kecil sampai tahun lalu, dan bagi penulis kegiatan ini sangat direkomendasikan kepada pembaca maupun sesama penulis di Kompasiana yang masih berusia 20-an tahun untuk dapat merasakan ngabuburit di masjid.

Satu hal lagi yang menarik dari ketiga hobi ini adalah tidak terlalu membutuhkan banyak uang untuk melakukannya. Menonton film/tv serial bisa dilakukan dengan modal mencari wifi (kampus/kafe) ataupun ke warnet ketika malam hari dan mencari paket murah dan bisa digunakan untuk mengunduh film-film/tv serial yang menarik.

Begitu pula dengan menulis. Anda tidak diharuskan untuk menulis seperti penulis yang sedang mengikuti event menulis di bulan Ramadan bersama Kompasiana. Anda bisa menulis di buku tulis, menulis karya fiksiana tanpa harus mengunggahnya langsung (tidak membutuhkan jaringan internet), ataupun bisa menggantinya dengan membaca buku yang sedang dikoleksi (tak harus beli baru). Mudah bukan?

Sama halnya dengan ngabuburit di masjid. Anda tidak harus menuju masjid yang jauh dan membutuhkan media transportasi. Cukup ngabuburit di masjid atau musholla terdekat, maka, Anda bisa merasakan ngabuburit di tempat ibadah. Jikalau ingin sesekali ke tempat yang lebih jauh, tak masalah, asal bisa bersama teman agar tidak terkesan sendirian dan menanggung beban ongkos yang banyak.

Bagaimana? Masihkah ragu untuk beraktivitas (yang digemari) seraya menunggu berbuka?

Malang, 20 Mei 2019
Deddy Husein S.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun