Pertanyaan ini mengudara ketika Liverpool mampu melakukan laga comeback* dini hari tadi (8/5). Liverpool yang awalnya diprediksi tak akan lolos ke final, justru sukses meraih kemenangan dengan skor 4-0. Skor itu membuat agregat menjadi 4-3 dan Barcelona tersingkir. Liverpool melaju ke final!
Harapan ini sepertinya juga akan berlaku bagi pendukung Tottenham Hotspur yang akan menantikan laga semifinal kedua yang mempertemukan Ajax vs Spurs di Johan Cruijf Arena, dini hari nanti (9/5). Akankah Spurs mengikuti jejak Liverpool dan mewujudkan final 'all England'?
Jika hanya melihat pada pertanding leg 1, kedua tim asal Inggris ini memiliki peluang lolos ke partai puncak dengan prosentase kemungkinan yang kecil. Namun, jika agregat 3-0 saja bisa dibalikkan menjadi 4-3, maka, agregat 1-0 bukanlah suatu hal yang mustahil untuk dikejar, bukan?
Lalu apa yang dapat menjadi persyaratan bagi Spurs untuk menang dan lolos?
Pertama, skuad Spurs harus full team. Kalaupun ada yang absen, seperti Harry Kane, maka harus ada penggantinya. Khususnya dalam hal mencetak gol. Mengenai peran ini, sepertinya Pochettino tidak akan terlalu pusing, karena Son Heung-Min diprediksi akan kembali bermain setelah absen di laga pertama karena akumulasi kartu kuning. Begitu pula dengan adanya Fernando Llorente yang akan kembali mengisi posisi target-man. Disusul dengan Lucas Moura yang dapat menjadi bagian dari trisula.
Namun, apakah tiga pemain ini mampu membongkar pertahanan si tuan rumah, Ajax?
Jika ada Son, maka pilihan untuk mengalirkan bola direct akan lebih variatif. Spurs tidak hanya akan mengandalkan Moura namun juga Son. Pemain asal Korea Selatan ini dikenal memiliki skill individu yang bagus dan kecepatan yang mumpuni pula. Maka, bukan suatu hambatan yang berarti bagi Christian Eriksen dkk untuk membangun serangan cepat dan mengandalkan kejeniusan seorang pemain tengahnya.
Beralih ke poin kedua adalah Spurs harus mampu mencetak gol terlebih dahulu. Jika, Spurs mampu unggul terlebih dahulu, maka permainan akan dikendalikan oleh Ajax. Di saat seperti inilah, momen yang bagus bagi Spurs untuk mengandalkan serangan balik cepat dan efektif. Melalui skema ini, dapat diprediksi bahwa Spurs tidak hanya akan unggul dengan skor 1-0 melainkan lebih.
Namun, apakah hal ini dapat berjalan dengan mudah bagi klub asal London Utara itu?
Tidak mudah. Karena, Ajax juga memiliki koordinasi pertahanan yang bagus. Terbukti, mereka tidak mudah dijebol lebih dari dua gol dalam beberapa pertandingan terakhir di Liga Champions. Artinya, mereka juga memiliki konsentrasi yang bagus dalam hal pertahanan. Namun, apakah Ajax tanpa cela?
Jika melihat pertandingan semifinal pertama maupun melihat pertandingan di fase sebelumnya, Ajax memiliki suatu kekurangan yang perlu dimanfaatkan oleh lawan sebagai momentum dalam memukul mundur Ajax. Yaitu, efektivitas penyerangan.
Meski Ajax selalu berani keluar menyerang, namun akurasi tembakan ke arah gawang cukup minim. Mereka perlu minimal 5/lebih peluang yang dikreasikan untuk mencetak sebiji gol. Apalagi di kandang sendiri. Entah mengapa, namun, ketika mereka mendapatkan giliran bermain kandang, Ajax terlihat cukup kesulitan untuk mengalahkan lawannya. Begitu pula untuk memenangkan pertandingan. Perlu diketahui, Ajax kalah di kandang 1-2 dari Real Madrid dan tertahan dengan skor 1-1 di kandang sendiri saat menjamu Juventus.
Hal ini bisa terjadi karena, faktor utamanya adalah akurasi dalam melakukan shots on target yang minim. Ini bisa menjadi hambatan yang fatal jika tim asal Belanda ini tidak memiliki keseimbangan di tengah dan belakang. Karena, jika mereka gagal menghasilkan apa-apa di depan, maka, satu-satunya hal yang paling realistis untuk dilakukan adalah bertahan. Mereka perlu bertahan dengan baik untuk menggagalkan lawan meraih keunggulan---apalagi jika lawan unggul terlebih dahulu.
Inilah yang menjadi keuntungan bagi Spurs ketika Ajax gagal produktif, maka, Spurs harus memancing Ajax untuk mendominasi. Melalui strategi itu, maka, Spurs dapat memanfaatkannya untuk membangun sepakbola pragmatis.
Namun, bukankah permainan Ajax juga cukup pragmatis?
Betul. Namun, sebagai klub yang diunggulkan untuk lolos---momen pertama kalinya bagi anak asuh Erik Ten Hag tidak berstatus underdog, Ajax tentu ingin menguasai jalannya pertandingan. Meski, secara statistik sejak fase grup dan fase gugur, Ajax cukup jarang meraih prosentase ball possesion yang lebih dari 50%. Maka kita akan melihat permainan Ajax yang praktis, yaitu tidak mementingkan penguasaan bola sebagai kunci untuk menang. Inilah yang kemudian perlu diperhatikan oleh Spurs, jika mereka ingin lolos ke final.
Ada satu faktor lagi yang perlu diwaspadai oleh Spurs adalah Ajax merupakan tim yang tidak pernah menyerah. Ketika mereka tertinggal lebih dahulu, mereka akan terus-menerus menggempur pertahanan lawan. Sehingga, apakah Spurs dapat menjamin jika pertahanannya akan kokoh dan mampu menahan gempuran dari Hakim Ziyech cs?
Artinya, laga semifinal kedua ini akan berjalan sangat menarik bagi kedua tim, karena akan terjadi pertempuran taktik kembali ketika kedua klub memiliki gaya permainan yang mirip.
Lalu, tim manakah yang akan menang dan lolos ke final? Apakah Spurs akan mengikuti jejak Liverpool atau Ajax yang ingin meraih kemenangan pertamanya di kandang saat fase gugur?
Mengenai prediksi hasil akhir, sepertinya hasil imbang sudah cukup untuk membuat Ajax lolos ke final dan bertemu Liverpool. Namun, sepakbola harus ditentukan oleh pertandingan selama 90 menit. Jadi, selamat menonton!
Malang, 8 Mei 2019
Deddy Husein S.
Tambahan:
*. Silakan baca artikel sebelumnya di sini.