Peluang Liverpool juara sebenarnya bisa membesar seandainya Manchester City hanya meraih hasil imbang di pekan 37. Yaitu ketika The Citizens menjamu Leicester City. Namun, keberuntungan anak asuh Pep Guardiola rupanya masih besar ketika gol tunggal Vincent Kompany sukses mengembalikan Tim Biru Langit ke puncak klasemen.
Unggul 1 poin atas Liverpool membuat situasi di puncak klasemen akhir musim masih diperebutkan. Ini yang membuat trofi Premier League diprediksi akan 'terbelah' lagi.
Kejadian 'trofi terbelah' sebenarnya sudah menjadi pembelajaran bagi federasi sepakbola Inggris (The Football Association/FA) di musim 2011/12. Karena di musim itulah Liga Inggris harus ditentukan juaranya di pekan terakhir. Terdengar kabar jika trofi Premier League sedang melaju ke Old Trafford (markas Manchester United). Namun, ternyata bukan MU yang menjadi juara melainkan 'si tetangga berisik', Manchester City.
Situasi ini kembali terjadi di musim ini, namun FA sepertinya akan belajar dari kejadian 7 musim lalu. Artinya, trofi Premier League akan 'digandakan' jika memang ada kemungkinan bahwa Manchester City terpeleset dan Liverpool juara.
Secara hitung-hitungan matematis, Liverpool yang hanya tertinggal 1 poin bisa menjadi juara jika City kalah ataupun hanya meraih hasil imbang. Sedangkan The Reds dapat memenangkan pertandingan terakhirnya yang digelar di Anfield Stadium. Artinya, Liverpool bisa menjadi juara dan langsung merayakannya di kandang sendiri.
Namun, hal ini akan berbeda jika Manchester City dapat menggebuk tuan rumah Brighton-Holve Albion. David Silva dkk tetap akan menjadi juara apapun hasil yang diperoleh Liverpool. Keunggulan 1 poin dan keunggulan agresivitas gol membuat Manchester City tetap terdepan sebagai peraih gelar juara.
Oleh karena itu, trofi asli Premier League akan melangkah ke Falmer Stadium, markas Brighton. Sedangkan yang imitasi, kemungkinan akan mengarah ke Anfield---sebagai jaga-jaga seandainya Liverpool yang juara. Situasi ini normal, karena secara statistik (catatan di atas kertas) City unggul dari Liverpool. Maka, secara rasional, pihak Premier League juga akan mengarahkan trofinya ke Manchester City. Lalu, apakah Liverpool bisa mengulangi sejarah yang dilakukan oleh City yang menggagalkan MU juara pada saat itu?
Kemungkinan Liverpool juara masih terbuka. Meski, ada suatu hambatan jika Mohamed Salah akan kembali absen di laga terakhir ini. Hal ini berkaca pada cedera Mo Salah yang tergolong berbahaya. Petr Cech (di masa lalu) saja yang pernah mengalami benturan di kepala, akhirnya harus menggunakan pelindung kepala (ketika bermain) di sisa karirnya sampai saat ini. Maka dari itu, kalaupun Mo Salah sudah fit dan siap dimainkan, mungkin permainan Salah tidak akan langsung kembali ke performa biasanya---kemungkinan ada trauma.
Namun, kalaupun Mo Salah absen ataupun bermain kurang maksimal, Liverpool masih memiliki beberapa pemain depan yang masih dapat diandalkan. Situasi ini juga sebenarnya masih cukup rumit, karena pemain andalan di lini depan lainnya juga sedang kurang bugar. Yaitu, Roberto Firmino. Sehingga, langkah Liverpool untuk menggapai juara masih sangat diperlukan adanya persiapan yang super maksimal dari para pemain Liverpool.
Selain itu, faktor lainnya untuk membuka peluang Liverpool juara adalah mereka bermain di kandang. Sehingga, dukungan suporter terhadap tim akan besar. Situasi ini berbanding terbalik dengan yang dihadapi oleh Manchester City. Mereka harus bertandang ke Brighton dan Brighton merupakan klub yang tidak bisa dianggap remeh.
Di laga sebelumnya, Brighton sukses mempersulit langkah Arsenal untuk menggapai posisi 4 besar setelah berhasil menahan imbang The Gunners di Emirates Stadium. Meski Arsenal memiliki performa yang kurang maksimal dibandingkan permainan City, namun, Guardiola patut mewaspadai potensi kejutan yang diberikan oleh Brighton. Apalagi Brighton bermain di kandang sendiri. Maka, mereka pasti ingin mendapatkan kemenangan kandang terakhir musim ini sebagai penutup yang manis, di kala mereka sudah dipastikan tetap bertahan di Premier League musim depan.
Sebuah catatan yang bagus dan perlu diketahui oleh pendukung Manchester City adalah Manchester City sudah bukan lagi tim kemarin sore, seperti yang disematkan ketika mereka merengkuh trofi Premier League 2011 lalu. Mereka kini sudah dapat disebut sebagai tim besar dan bermental juara, khususnya di kompetisi domestik---di musim ini mereka berpeluang meraih treble winners dengan juara Piala Liga, final Piala FA, dan peluang juara Premier League. Artinya, mereka sudah sangat faham dengan hitung-hitungan peluang dan bagaimana caranya untuk meraih peluang tersebut menjadi kenyataan.
Mereka diprediksi dapat melakukannya kembali seperti di musim 2011/12 dengan beberapa pemain yang masih tersisa sampai sekarang; Aguero, Kompany, dan David Silva. Ketiga pemain ini masih menjadi tumpuan di Manchester City sampai musim ini. Artinya, mereka sudah tidak lagi perlu terkejut dan 'demam panggung' ketika berada di situasi yang sama. Bedanya, kini mereka adalah unggulan. Sehingga, momentum mereka adalah berusaha mempertahankan keunggulan terhadap Liverpool, dan caranya adalah mengalahkan Brighton dan 'meminjam' Falmer Stadium untuk berpesta.
Ada satu hal lagi yang membuat Manchester City lebih diunggulkan juara di Premier League. Yaitu, konsentrasi bermain City tinggal berada di Premier League---karena final FA Cup digelar sepekan setelah Premier League berakhir (18/5). Berbeda dengan Liverpool yang masih harus memikirkan laga semifinal kedua melawan Barcelona (8/5) yang sudah dipastikan tanpa Mo Salah dan Firmino. Artinya, Manchester City memiliki momentum untuk juara Liga Inggris lebih besar dibandingkan Liverpool yang harus tetap berupaya untuk tidak begitu memalukan dalam berkompetisi di sisa Liga Champions.
Namun, apakah City akan menjadi 'City' di musim 2011/12? Atau City akan menjadi 'MU' di musim tersebut?
Malang, 7 Mei 2019
Deddy Husein S.