Mau tahu? Kalau tidak, tutup tulisan ini dan silakan beralih ke hal lain!
Sedangkan yang mau tahu silakan ikuti.
Sebenarnya tidak hanya Indomoratmarit yang punya karyawan “kreatif” – “Lingkaran Ka” juga sudah lebih awal mempunyai karyawan “kreatif”. Bahkan Supervisor mereka tidak mampu menasehati bawahannya.
Langsung saja;
1. Pada minimart yang buka 24 jam pada tengah malam terjadi yang namanya restart computer, nah pada saat ini transaksi dilakukan sangat manual. Dicatat di buku besar – kesempatan untuk mengambil bonusnya. Tanpa faktur/struk/nota etc.
2. Setelah meng-input di computer kasir, tombol enter jangan dulu ditekan – biarkan konsumen melihat di layer yang tersedia. Setelah bayar dan pergi baru di enter bonus atau potongan harga siap dikantongi. Tanpa faktur/struk/nota etc.
3. Ada produk yang dijual matang – seperti kopi seduh. Di-input sachet dengan harga yang lebih murah tentunya – toh air hangat tidak bisa dicek oleh kepala toko. Atau bahkan hal tersebut diajarkan oleh senior, supervisor dan kepala toko. Tanpa faktur/struk/nota etc.
4. Jual produk sendiri dengan cara beli diluar. Dengan catatan ada space harga dibandingkan mini mart. Biasanya produk beer yang lumayan harganya. Kejadiannya salah satu – ada tamu / tourist belanja ambilkan 3 botol beer, kemudian jangan di-input atau pura – pura input – kemudian bayar dan tamu pergi. Karyawan lekas keluar di warung dekat beli 3 beer untuk melengkapi stock. Tanpa faktur/struk/nota etc.
5. Nomor member tidak di-input, pointnya masukkan ke member teman/keluarga/atau kenalan.
Prinsip mereka yang penting balance, sekian produk laku maka, sekian uangnya – aman sudah. Kejahatan seperti ini terjadi karena secara struktur dari lereng ke kaki bukit sudah saling memahami. Mulai dari supervisor hingga karyawan training. Mereka satu perguruan – yang yunior diajarkan senior secara “turun temurun”.
Inilah yang namanya THR harian, jadi setiap hari atau setiap ada kesempatan THR dikantungi.
Diketik Januari 12, 2015 2:31 dini*hari