Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Ciduk Juga Julius Pour!

9 Februari 2010   22:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:00 1541 0
Julius Pour, bagi sebagian orang, adalah nama besar sebagai wartawan dan penulis memoar, bukan sejarah. Reputasinya yang paling mencorong ketika dia menulis biografi jenderal Orde Baru, Leonardus Benyamin Moerdani (2 Oktober 1932-29 Agustus 2004).

Julius masih menulis di Harian Kompas, meski tak lagi bekerja di koran itu. Baru saja saya tak sengaja membaca tulisan lamanya, "History", "His Story", atau Sekadar "Sorry" di Harian Kompas, Sabtu, 13 September 2008.

Saya tak terganggu dengan kesangsiannya terhadap memoar Letnan II Soekardjo Wilardjito dalam buku Mereka Menodong Bung Karno, terbit tahun 2008. Pada intinya, Julius menilai cerita Soekardjo tak masuk akal. Terutama soal para perwira tinggi suruhan Soeharto menodongkan pistol kepada Presiden Sukarno di Istana Bogor agar meneken surat yang kemudian disebut Supersemar, Surat Perintah 11 Maret.

Satu hal yang membuat saya terganggu ketika Julius menulis;

Bahwa Soekardjo diciduk setelah Supersemar memang sudah seharusnya demikian. Sewaktu menjadi mahasiswa UGM, dia aktivis CGMI. Bahwa CGMI bukan ormas PKI, juga jawaban standar. Sebagaimana Gerwani, SOBSI dan Pemuda Rakjat, mereka tidak akan pernah mengaku bahwa mereka ormas pendukung PKI.

Saya bersimpati kepada nasib Soekardjo serta perjalanan malang dari ribuan orang seperti dia. Namun, hal tersebut tidak lantas mendorong saya tidak kritis mempertanyakan setiap detail dari his story.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun