Sebagai seorang pendidik, saya menyadari pentingnya esensi belajar dalam proses pendidikan. Proses pendidikan bukan hanya sekedar transfer of knowledge, tetapi juga bagaimana merangsang struktur kognitif individu sehingga mampu melahirkan pengetahuan dan temuan-temuan baru. Saya meyakini bahwa setiap anak  dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. Hal ini  berarti bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh setiap anak dapat dibentuk oleh dirinya sendiri melalui interaksi mereka dengan lingkungan sekitar yang terus berubah. Dalam berinteraksi dengan lingkungan, anak mampu beradaptasi dan mengorganisasikan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan dalam struktur kognitif, pengetahuan, wawasan dan pemahaman.Â
Saya sebagai seorang guru TK tidak luput dari penggunaan teori belajar kognitif. Teori belajar kognitif ini merupakan suatu teori belajar yang lebih menekankan suatu proses belajar daripada hasil belajar (Sutarto, 2017). Seperti yang sudah saya pelajari sebelumnya, bahwa menurut Piaget ada 4 tahapan kognitif yakni:
a).Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun). Tahap dimana anak mengenali lingkungan menggunakan panca indra mereka.
b) Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun). Pada usia ini individu mulai memiliki kecakapan motorik.
c) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun).Anak mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian yang bersifat
konkret. Anak  sudah dapat membedakan benda yang sama dalam kondisi yang berbeda.
d) Tahap operasional formal (11 tahun ke atas). Anak sudah dapat berpikir secara abstrak, lebih logis dan idealis.
"Kecepatan perkembangan setiap individu melalui urutan, dan setiap tahap tersebut berbeda dan tidak ada individu yang melompati salah satu dari tahap tersebut (Slavin, 2018)."