Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Dara yang Hilang

9 Oktober 2013   14:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:46 201 1

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Ya itulah yang sedang aku jalani, menuntut ilmu sebagai mahasiswi di kota pendidikan ini, makin lama makin membosankan, entahlah dari sudut mana aku harus menjelaskan bahwa ini begitu membosankan.

Mungkin teman – temanku kah? Yang berpautan umur begitu jauh denganku, aku mahasiswi yang berumur 20 tahun, sedangkan teman sekelasku rata – rata sudah berkeluarga dan mempunyai anak, ya aku memasuki kelas karyawan, kebanyakan teman – temanku sudah bekerja sedangkan aku anak baru kemaren yang tidak memiliki pengalaman banyak seperti teman – temanku, memang gak semuanya sudah berkeluarga, contohnya Lara, gadis tercantik dikelasku, dia memiliki postur tubuh yang menarik, berkulit putih merona dengan mata yang sipit, dia terlihat seperti keturunan orang korea, tapi yang membuatku tertawa pas pertama kali berkenalan ternyata dia orang jawa yang berbicara dengan gaya bahasanya yang medok hehe... sungguh tidak disangka kalau dia itu jawa medok jika di lihat dari penampilan fisiknya, tapi itulah ciri khas dari temanku yang satu ini tidak hanya penampilannya yang bisa dibilang perpect tetapi dia juga orangnya ramah dan pandai bersosialisai walau pembicaraannya terkesan tidak terkontrol, asal ceplas ceplos, tapi gak ada dia gak rame itulah kesan yang dia berikan.

Kadang aku merasa iri, aku hanyalah sosok gadis lugu pendiam lagi,,, kadang aku berpikir, tuhan menciptakan Lara dengan sosok yang begitu sempurna, sedangkan aku? Tapi sejenak aku sadar gak seharusnya aku berpikiran seperti itu, kalau Lara gak seperti sekarang ini mungkin aku tidak akan berteman baik dengannya dan dapat tumpangan gratis untuk berangkat ke kampus hehe.

Pernah suatu hari dia menyuruh temannya untuk mengantarku pulang (mungkin dia merasa bertanggung jawab, karena dia yang ngajak aku berangkat bareng tadi pagi, padahal kan naik bus juga aku bisa, he) tapi itulah carenya dia. Katanya dia ada janji dengan gebetannya. Sebelum kita pulang aku dan Maya nemenin Lara dulu sampai dijemput sama gebetannya, sekalian pengen tau juga tampangnya seperti apa.

Aku, Lara, dan Maya sama – sama satu kelas hanya saja Maya lebih dekat dengan Lara, dari pada sama aku, kita hanya bertemu dan akrab selama di kampus aja, beberapa saat kemudian gebetan Lara datang dengan mobil merah terangnya, sempat juga aku melihat wajah gebetannya, agak botak juga kayak om om tapi gak tua tua banget sich kira – kira 30 tahunan lah, terbesit pikiran negatif dalam benakku, tapi segera aku tepis dan menanyakan kebenarannya pada maya.

“ May itu cowoknya Lara yach?”

“ bukan, itu mainan dia, cowok Lara di jakarta”

“owh...” aku hanya bengong pengen sich nanya – nanya lebih jauh tapi...

“ udah kamu jangan berpikir terlalu jauh Dis, gak seperti yang kamu bayangkan kok”

Aku hanya ngangguk – ngangguk aja , ternyata dia tahu juga apa yang ada dalam pikiranku.

Kami pun melaju setelah kepergian Lara bersama gebetannya dengan mobil merah terang yang membawa mereka berdua, Maya mengantarkanku tepat depan pintu rumah, tapi dia tidak mau dia ajak masuk untuk mampir sebentar, katanya sich sudah sore dia pengen cepat – cepat merebahkan tubuhnya dan tidur terlelap, akupun melepas kepergian dia.

Sampai larut malam aku gak berhenti – berhenti mikirin Lara tadi siang, banyak pertanyaan dalam benakku, kenapa Lara mau selingkuh? Kenapa Maya bilang bahwa om om itu mainannya Lara? bener gak sich? Kenapa Lara mau? Cewek seperti apakah Lara itu sebenarnya? Apakah dia tidak khawatir dengan dirinya? Semoga dia baik – baik aja, itu doa dalam hatiku.

***

Setelah libur UTS Lara gak pernah masuk lagi, ini hari yang ke dua minggu, pas aku hubungi dia, dia pasti bilang sibuk dengan pekerjaannya.

Pulang kuliah aku bareng sama teh Ida, ya dia teman sekelasku, dia menikah muda dan memiliki satu anak, umurnyapun tidak berpaut terlalu jauh denganku, lima tahun lebih tua dariku.

“ Dis kamu harus hati – hati ya, jaga diri kamu baik – baik, sebagai seorang wanita memang banyak godaannya, kadang wanita akan mendapatkan saat – saat dimana dia begitu di puja dan saat dimana dia direndahkan, harga diri adalah yang utama”

Tumben teh Ida berbicara seperti ini, dalam pikirku, biasanya dia kan suka jail dan bikin aku ketawa terus, aku ngerti maksud teh Ida ke arah mana.

“ iya teh, kenapa emang, tumben teteh seserius ini, gak ketampangan tau, hehe...”

“ engga teteh hanya ngasih saran aja, kamu jangan anggap sepele loh...ini serius, buat masa depan kamu juga”

“ iya teh aku juga ngerti lagian aku juga gak mau layu sebelum berkembang, harga diri itu mahal gak bisa di bayar dengan uang sebanyak apapun”

“ ya betul itu Dis”

Kitapun terus berbincang – bincang mengenai pergaulan anak muda zaman sekarang, akupun dapat begitu banyak masukkan sampai tentang kehidupan rumah tangga yang sesungguhnya, kitapun terus berbincang – bincang sampai akhirnya harus berpisah diterminal.

***

Esoknya aku dapat kabar kalau Lara mau melangsungkan pernikahan, aku kaget dan itu terkesan buru – buru, semua teman sekelasku memperbincangkan tentang hal ini, mulai dari perkataan kenapa? Dengan siapa? Kapan? Sampai pada rencana menghadiri pernikahan Lara.

Aku sedih, kecewa dan ikut terluka sebagai seorang teman, bagaimana tidak suatu pernikahan adalah suatu kebahagiaan yang menyatukan dua insan dengan janji suci dan akan sah untuk hidup bersama selamanya dan dikatakan sebagai suami istri. Tapi berbeda dengan Lara, pernikahannya menyesakkan dada dan pernikahannya tidak bisa dikatakan sah jika dipandang dari syari’at agama, karena dia telah berbadan dua....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun