hujan deras bersama dengan petir yang bergemuruh memenuhi rumah . Saat itu ibu sri sedang meringis kesakitan karena akan melahirkan.
" Pak, cepat panggil bidan " Perintah bu Sri kepada pak dirjo suaminya.
Pak dirjo pun lekas pergi meninggalkan bu Sri seorang diri dengan keadaan akan melahirkan, sambil menunggu suaminya kembali dan juga rasa sakit karena akan melahirkan bu Sri tetap tenang, dia mengontrol nafasnya.
"Huuhaaa.. Huuuhaaaa"
Tidak lama suaminya kembali setelah menjemput bidan, ternyata yang di bawa suaminya adalah dukun beranak (tapi ga punya anak). Bu Sri tidak memperdulikan siapa yang datang, yang terpenting baginya anaknya bisa lahir dengan selamat.
"Ooaaaaaa..... Oaaaaa" Suara tangisan bayi beradu dengan suara hujan dan petir yang begitu kencang, untungnya pak dirjo bukan prabu siliwang, saat kelahiran putranya kian santang bersamaan dengan hujan dia naik ke atap kraton dan berteriak ( " akan aku berinana Kian Santaanggg).
Bayi pun di bersihkan kemudian pak dirjo pun menggendongnya untuk di perlihatkan kepada istrinya, pak dirjo sangat bahagia karena dia cekgurr sehingga bisa memiliki buah hati dari percintaanya dengan ibu Sri.
Pak dirjo pun memperlihatkan buah hati mereka kepada istrinya tapi ibu Sri enggan memberi respon sama sekali, ternyata dia sudah meninggal karena kelelelahan saat akan melahirkan.Â