Selama puluhan tahun, usaha ini menghadapi banyak tantangan, termasuk fluktuasi harga beras dan bencana alam. Pada tahun 2012, sebuah angin puting beliung menghancurkan sebagian bangunan usaha, menyebabkan kerugian besar bagi Bu Anik. Namun, dengan tekad yang kuat, ia meminjam modal dari bank dan memulai kembali usahanya.
Selain penggilingan padi, tempat ini juga menjual berbagai jenis beras dalam berbagai ukuran. Beras yang dijual berasal dari hasil pembelian gabah dari petani setempat, dan usaha ini juga menyediakan layanan pengantaran beras. Harga beras bervariasi, mulai dari Rp 11.000 per kilogram. Bu Anik merasa bahagia karena usahanya telah banyak membantu para petani lokal menghemat waktu dan biaya. Sebagai tanda terima kasih, para petani sering memberi hadiah berupa hasil kebun atau telur ayam, yang kadang dibarter dengan katul atau beras.
Usaha ini menjadi inspirasi bagi warga desa lain karena menunjukkan bahwa dengan kerja keras dan pelayanan yang baik, usaha sederhana bisa berkembang dan memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Bu Anik percaya bahwa selama usahanya memberikan manfaat bagi orang lain, rezeki akan terus mengalir.