Bidadari Senja
ia datang memaksa, turun lewat tangga tujuh warna dengan senyum nanar penuh amarah, panas, dan bringas, hingga bunga bunga yang hampir mekar itu kembali layu, daun daun berkelakar, maka rembulan purnama yang masih bertengger di kaki fajar berpaling tak sabar, hatinya berdebar dan matanya bicara,
''wahai senja, wahai warna yang kupuja sejenak sebelum gurat gurat gelap kubiarkan tersingkap, mengapa engkau datang, lama sebelum petang ?
apa yang ingin kau tentang ?''
Senja tertawa. wajahnya berang dan matanya menyala, angin tenggara mengangkat sayapnya dan mengurai rambutnya,
''Matahari !'' , katanya
... dan alam tertunduk diam. fajar bersembunyi dibawah kaki kaki langit. bianglala berganti warna, rembulan menganga dan dadanya tersesak, angin tenggara berhenti berarak. camar camar pengawal senja diam tak berkata kata. senyap
Senja berubah warna, hatinya marah dan wajahnya memerah
''Matahari !'' , geramnya sekali lagi...
lalu aku pun berlari sendiri, bersembunyi dibalik wajah wajah sepi, berharap semua ini berlalu seiring cahaya itu datang kembali, berharap semua ini...
hanyalah mimpi
23.03.12
-kur-