Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Orangtua : Optimalkan Potensi Anak, Strategikan Kekurangannya..

7 Juni 2014   19:21 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:49 42 0
Anak didik terlahir sebagai potensi unik, bukanlah populasi seragam. Seperti Einstein bilang if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid, jika Anda menilai ikan dengan kemampuannya untuk memanjat pohon, ia akan menjalani seluruh hidupnya dengan keyakinan bahwa ia adalah bodoh. Sekolah yang banyak kita kenal saat ini ibarat sebuah pabrik, menghasilkan output yang seragam tak peduli materi inputnya berbeda/unik tadi. Jika dianalogikan anak didik itu adalah tanah liat, logam, kayu, batu, minyak, dsb maka jika pabriknya adalah pabrik keramik, sudah bisa ditebak siapa yang akan menjadi yang terbaik. Sulit membayangkan jika materi minyak dijadikan sebagai bahan baku pabrik keramik. Dan mohon maaf, demikian juga ketika (mungkin) kayu, batu, (termasuk) minyak tak akan menjadi yang terbaik, label "bodoh",label "gagal", bahkan label "nakal" akan didapati anak didik. Sangat sangat tidak adil, jika selain kecerdasan akademik dianggap gagal dalam pendidikannya, bahkan dianggap gagal masa depannya. Seharusnya sekolah itu seperti sebuah workshop/bengkel/laboratorium dengan segala penunjangnya, maka apapun materi inputnya maka akan menjadi hasil terbaik sesuai karakter materinya. Workshop dengan segala penunjang yang memadai yang dapat mengakomodir karakter tanah liat, logam, kayu, batu, minyak, dsb tadi maka mereka akan menjadi yang terbaik. Kayu akan menjadi sebuah karya seni, atau bahan baku bangunan atau apa saja terbaik sesuai karakter kayunya. Demikian juga dengan logam, kayu, minyak, dsb.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun